Cuitan Anda Memprediksi Sukses Ber-diet

XXX
Mereka yang lebih berhasil menurunkan berat badan mem-posting cuitan bernada lebih positif.

RAB.com (JAKARTA): Cuitan di Twitter ternyata bisa meramalkan apakah upaya anda melangsingkan badan akan berhasil atau gagal. Para peneliti dari Georgia Institute of Technology melaporkan  bahwa kemungkinan diet anda gagal atau berhasil berhubungan dengan nuansa kata dan kalimat yang dipakai di Twitter. Metode ini akurasinya 77 persen dalam memperkirakan sukses atau gagalnya diet seseorang.

“Kami melihat bahwa mereka yang lebih berhasil mengejar tujuan diet hariannya mengungkapkan sentimen lebih positif dan lebih merasa telah mencapai sesuatu dalam interaksi sosialnya,” kata  De Choudhury Munmun, asisten profesor dan pimpinan tim peneliti pada projek ini. “Mereka berfokus pada masa depan, biasanya lebih gaul, dan punya jaringan sosial yang lebih luas.”

Kata dan kalimat apa yang digunakan mereka yang lebih sukses berdiet? Beberapa contoh: “Berlatih cerdas seperti pelatih…menang seperti juara 6 kali,” “Jika tak gagal kamu tak pernah mencobabta dengan cukup keras…,” dan “Jika tak pernah salah kita tak pernah tersungkur. Jika tak pernah tersungkur kita tak pernah gagal, dan jika tak pernah gagal kita tak pernah berkembang!”

Peneliti menemukan bahwa pengguna Twitter yang paling sukses menurunkan berat badannya cenderung lebih fokus pada beragam topik terkait kesehatan dan kebugaran (health and fitness) serta lebih interaktif secara sosial.

“Para pengguna jenis ini cenderung lebih suka membagikan resep sehat, menawarkan tips tentang nutritisi dan latihan fisik, serta mencuit tentang kemajuan yang dicapainya,” kata De Choudhury. “Jaringan pertemanan maupun followers-nya yang lebih luas, dan keterikatan yang meningkat, berarti mereka juga cenderung punya berbagai sistem pendukung yang lebih kuat, yang secara positif berpengaruh pada kecenderungannya untuk mematuhi dietnya.”

sosmed ndiet

Menggabungkan dua data

Sementara jenis pengguna Twitter yang kurang sukses dalam mencapai target penurunan berat badannya mem-posting konten dengan nada yang lebih negatif dan cenderung menunjukkan ketidaknyamanan dan ketakutan dalam postingan. “Mereka cenderung kelihatan lebih cemas karena ketidakmampuan mengontrol emosi serta karena  kegiatan dan kejadian tertentu dalam hidup keseharian,” kata De Choudhury seperti dikutip situs ScienceDaily, 21 Februari 2017.

Contoh cuitan orang yang gagal diet termasuk, “Aku sangat yakin akan hilang akal. Sungguh tak tahu lagi apa yang masih tersisa. Aku menangis dengan pikiran tentang berbagai hal bodoh…” dan “Merasa buruk seperti sepatu tua pagi ini :/ tumit sakit,  dada sesak, kepala pusing.”

Menelisik berbagai kata yang di-posting di  Twitter dengan sendirinya bisa memberikan pemahaman tentang status para pelaku diet. Tapi penelitian ini lebih bermakna karena juga mempelajari kelompok yang mencakup orang-orang yang terhubung dengan MyFitnessPal (MFP)—satu aplikasi penghitung-kalori—dan akun Twitter.

“Pengamatan pada dua area itu secara  individual bisa mengumpulkan indikator kesehatan seseorang,” jelas De Choudhury. “Dengan memperhitungkan sumber data itu secara bersama dan menerapkan satu metodologi uji sebab-akibat yang sudah lazim memungkinkan kita membuktikan untuk pertama kalinya soal pengaruh sosial media (sosmed) dan penilaian oleh diri sendiri dalam mengungkap risiko terkait kepatuhan dalam berdiet.”

Tim peneliti memeriksa lebih dari  2 juta cuitan dan lebih dari 100.000 data masukan harian MFP dari hampir 700 orang. Para ilmuwan mengenali pengguna akun yang memenuhi syarat dengan mencari mereka yang secara publik membagikan postingan dengan hashtag “#myfitnesspal” dan yang memuat satu embedded link.

Masukan data makanan harian MFP dari tiap orang dipasangkan dengan postingan Twitter pada periode waktu yang bersamaan. Menggunakan informasi tersebut, peneliti membandingkan sebaik apa peserta penelitian bisa mencapai tujuan diet yang telah ditetapkan dengan sikap dan perilaku yang diungkapkan dalam cuitannya. Cuitan itu lalu dipastikan dari karakteristik bahasanya yang menandai keterkaitan antara ekspresi pribadinya, kesehatannya, dan rasa sejahtera.

Peneliti meyakini penggunaan informasi yang diperas dari sosmed ini di masa datang  dapat menciptakan satu model statistik yang mampu membantu menelisik lebih jauh dinamika kejadian dan sekitarnya. Tepatnya kapan atau seberapa cepat diet seseorang cenderung gagal. “Hal ini memungkinkan langkah-langkah proaktif apa yang mesti diambil untuk membantu memastikan adanya hasil lebih positif pada kesehatan,” pungkas De Choudhury.