Berdiet Tak Bisa Serampangan

Kesehatan
RAB.com (JAKARTA): Sebagian orang, termasuk generasi milenial, sekarang sudah mulai paham akan makanan. Apapun yang akan disantap bahkan ditimbang dan diukur kandungan kalorinya. Tak sedikit yang melakukan diet berpantang misalnya sebisa mungkin membatasi karbohidrat yang masuk ke tubuh. Sejumlah kasus terdengar. Salah satunya adalah seorang pediet shirataki yang mengganti semua nasi dengan shirataki alias tidak makan nasi sama sekali. Dikisahkan bahwa saat si pediet tadi positif covid, kejadian yang biasa saja menjadi luar biasa. "Dia nggak sembuh-sembuh, masuk ICU, bahkan sampai mau lewat. Itu gara-gara tidak terkontrol metabolismenya karena dia mengkonsumsi shirataki," komentar kalangan dekatnya. Menanggapi kejadian itu, pakar nutrisi Saptawati Bardosono mengatakan bahwa saat berdiet sebaiknya setiap orang harus hati-hati. Menurut Guru Besar Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang akrab disapa Prof Tati ini, soal makan ini…
Read More
Pasien Cerdas vs Salah Kaprah dan Hoaks Kesehatan

Pasien Cerdas vs Salah Kaprah dan Hoaks Kesehatan

Kesehatan
RAB.com (JAKARTA): Setiap orang pernah sakit sehingga menjadi pasien yang cerdas merupakan satu keharusan agar tetap aman (selamat) dan sejahtera di tengah centang perenangnya problem kesehatan di Indonesia. Dari soal peresepan obat yang kadang tidak diperlukan, salah kaprah tentang obat mujarab dan suplemen-herbal, praktek dokter yang tak sesuai standar, penggunaan antibiotik yang tidak rasional, perlunya masyarakat melek kesehatan, sampai maraknya hoaks tentang kesehatan. Inilah inti pesan yang dibahas dalam program edukasi kesehatan anak untuk orangtua sesi-3 (Pesat 3) yang diadakan Yayasan Orangtua Peduli (YOP) pada Minggu (28/7). Dalam workshop tersebut tampil sebagai narasumber dr Purnamawati S. SpA(K), MMPaed, dr Windhi Kresnawati SpA, dr Felix SpA, dan dr Dimas S. Prasetyo. "Sebagai industri, sektor layanan kesehatan tidak lepas dari risiko. Kesalahan medis mengutip data di Amerika Serikat menjadi penyebab kematian nomor…
Read More
Seks Oral dan Merokok Tingkatkan Risiko Kanker Oropharyngeal pada Pria

Seks Oral dan Merokok Tingkatkan Risiko Kanker Oropharyngeal pada Pria

Kesehatan
  [caption id="attachment_2314" align="aligncenter" width="674"] xxx[/caption] RAB.com (JAKARTA): Merokok dan seks oral merupakan kombinasi mematikan untuk meningkatkan risiko pria terkena kanker di bagian kepala dan leher yang disebabkan oleh infeksi Human Papillomavirus (HPV). Risiko ini semakin tinggi terjadi pada pria perokok yang melakukan seks oral  kepada lima orang atau lebih. Satu studi baru menunjukkan  kanker yang dikenal sebagai kanker oropharyngeal angka penderitanya melonjak menjadi 15 persen.  "Infeksi HPV tampaknya meningkat di antara pria kulit putih berusia 50-an dan 60-an. Kemungkinan karena meningkatnya seks oral," kata Otis Brawley, seorang petugas medis utama di American Cancer Society yang mengkaji ulang studi baru ini. Human papillomavirus atau HPV adalah suatu grup virus yang terdiri dari 150 virus serupa. Infeksi HPV merupakan salah satu penyakit menular seksual yang paling umum. Infeksi HPV merupakan masalah baik…
Read More
Partikel Nano Tambah Harapan pada Pengobatan Kanker

Partikel Nano Tambah Harapan pada Pengobatan Kanker

Kesehatan
[caption id="attachment_2301" align="aligncenter" width="710"] Partikel nano yang bisa membatasi suhunya sendiri agar tak membakar sel sehat memberi tambahan harapan pada thermoterapi kanker. [/caption]RAB.com (JAKARTA): Ilmuwan  berhasil mengembangkan partikel nano cerdas yang dapat meningkatkan suhu untuk membunuh sel kanker. Yang istimewa partikel nano ini mampu mengatur suhunya sendiri dan berhenti untuk jadi makin panas sehingga tidak membahayakan sel jaringan yang masih sehat pada tubuh."Jika kita dapat mempertahankan perawatan yang menggunakan suhu cukup tinggi untuk membunuh kanker, sekaligus suhu cukup rendah untuk menghentikan kerusakan pada jaringan yang masih sehat, maka hal ini akan mencegah beberapa efek samping serius dari perawatan yang berbahaya," kata Profesor Ravi Silva, Kepala Institut Teknologi Lanjutan dari Universitas Surrey, Inggris.Menurut penelitian terbaru yang seperti dilaporkan ke jurnal Nanoscale belum lama ini, partikel nano yang superkecil ini dapat segera digunakan sebagai…
Read More
Keterkaitan Gula dengan Suburnya Sel Kanker Terkonfirmasi

Keterkaitan Gula dengan Suburnya Sel Kanker Terkonfirmasi

Kesehatan
RAB.com (JAKARTA): Projek penelitian gabungan sembilan tahun telah menghasilkan terobosan penting dalam penelitian kanker. Kini ilmuwan bisa menjelaskan bagaimana efek Warburg, satu fenomena dimana sel kanker dengan cepat mengurai gula, memicu pertumbuhan tumor. "Penemuan ini memberi bukti adanya hubungan positif antara gula dan kanker, yang mungkin berdampak jauh pada diet sesuai kebutuhan untuk pasien kanker," kata pimpinan projek penelitian Johan Thevelein. Dia menambahkan fokus utama penelitian yang dimulai pada tahun 2008 itu adalah efek Warburg. Projek ini dilakukan oleh VIB (lembaga penelitian sains biologi Belgia), KU (Universitas Katolik) Leuven, dan Vrije Universiteit Brussel (VUB). Selain Thevelein, riset ini juga dimotori Wim Verses (VIB-VUB) dan Veerle Janssens (KU Leuven).Hasilnya telah telah dipublikasikan di jurnal akademik terkemuka Nature Communications. Dasar riset ini dari pengamatan bahwa sel tumor mengubah gula dalam jumlah jauh lebih…
Read More
Gula Berefek Adiktif, Setara Nikotin di Bawah Heroin

Gula Berefek Adiktif, Setara Nikotin di Bawah Heroin

Kesehatan
[caption id="attachment_2179" align="aligncenter" width="674"] Gula disebut berefek setara nikotin tapi di bawah heroin.[/caption] RAB.com (JAKARTA): Riset terbaru mengungkap bahwa gula bisa membuat kecanduan. Sekurangnya hal itu bisa diamati pada sekelompok tikus dalam penelitian tersebut: saat tak ada gula, dia pun sakaw. Tikus-tikus itu merindukan asupan gula untuk tubuhnya. Selain gejala tak biasa, sekelompok tikus perilaku seperti sakaw ini, bisa dilihat lebih jelas di otaknya. "Pada hewan, gula sebenarnya lebih adiktif daripada kokain. Jadi, gula mungkin merupakan zat adiktif yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia. Dan ini mendatangkan malapetaka bagi kesehatan kita," kata ilmuwan riset kardiovaskular di Saint Luke’s Mid America Heart Institute, Kansas, James J. DiNicolantonio. Para penulis, seperti diulas dalam British Journal of Sports Medicine akhir pekan lalu, mengatakan gula dapat bertindak sebagai awalan untuk menuju alkohol dan…
Read More
Jumlah Anak-Remaja Obesitas Naik 1.000%, Epidemi Mengancam Dunia

Jumlah Anak-Remaja Obesitas Naik 1.000%, Epidemi Mengancam Dunia

Kesehatan
[caption id="attachment_2175" align="aligncenter" width="692"] xxx[/caption] RAB.com (JAKARTA): Populasi anak-anak dan remaja yang kegemukan atau obesitas naik 10 kali lipat dalam empat dasawarsa terakhir. Kondisi tersebut telah menjadi krisis kesehatan global yang mengancam akan bertambah parah kecuali tindakan drastis dilakukan. Demikian laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu 11 Oktober 2017. Dalam kesempatan Hari Kegemukan Dunia, WHO dan Imperial College London merilis studi terkini mereka mengenai kegemukan pada anak-anak dan remaja di seluruh dunia, yang dipublikasikan di jurnal medis Lancet. Badan kesehatan dunia tersebut menganalisis ukuran berat dan tinggi dari hampir 130 juta orang yang berusia di atas lima tahun, termasuk 31,5 juta yang berusia lima sampai 19 tahun dan 97,4 juta yang berusia 20 tahun dan lebih, sehingga menjadikannya jumlah peserta paling banyak yang pernah terlibat dalam studi epidemiologi. WHO mencatat lebih…
Read More
Kontraversi Produk Bedak Sebabkan Kanker Ovarium

Kontraversi Produk Bedak Sebabkan Kanker Ovarium

Kesehatan
[caption id="attachment_2047" align="aligncenter" width="686"] Keputusan pengadilan agar perusahaan memberi ganti rugi masih dimintakan banding.[/caption] RAB.com (JAKARTA): Sebagian besar perempuan pasti pernah membubuh tabur bedak bayi di area sekitar genital. Namun akhir-akhir ini muncul isu tentang kaitan antara penggunaan bedak bayi untuk mengurangi kelembaban di area genital dan kanker ovarium. Pemicunya juri di Pengadilan Kalifornia, Amerika Serikat (AS), memenangkan gugatan Eva Echeverria terhadap Johnson & Johnson. Pengadilan memerintahkan perusahaan itu membayar US$ 417 juta (sekitar Rp 5,5 triliun) kepada Echeverria. Perempuan 63 tahun itu mengklaim menderita kanker ovarium setelah menggunakan bedak bayi yang merupakan produk Johnson & Johnson setiap hari selama puluhan tahun di area genital. Gugatan Echeverria terhadap perusahaan multinasional asal AS itu bukan yang pertama. Awal tahun lalu, pengadilan di Missouri memenangkan gugatan yang diajukan keluarga Jackie Fox terhadap perusahaan itu. Anak…
Read More
Peringkat ke-2 Sanitasi Terburuk, Indonesia Rugi Rp 56,8 T per Tahun

Peringkat ke-2 Sanitasi Terburuk, Indonesia Rugi Rp 56,8 T per Tahun

Kesehatan
[caption id="attachment_2109" align="aligncenter" width="643"] Sekitar 40% penduduk Jakarta masih BAB sembarangan karena saluran dari toilet langsung dibuang ke sungai.[/caption] RAB.com (JAKARTA): Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan Indonesia menempati peringkat ke-2 di dunia sebagai negara dengan sanitasi terburuk. Sebab, sebagian besar masyarakat melakukan BAB (buang air besar) sembarangan di berbagai tempat. "Akses sanitasi terendah Jakarta peringkat 2 di dunia. Mohon maaf, ini masalah BAB agak sedikit jorok. BAB melakukan sembarangan, tapi ini Indonesia peringkat 2 di dunia penduduk yang masih buang air besar sembarangan setelah India," kata Bambang di kampus Universitas Indonesia, Depok, Kamis (5/10). Bambang mengaku heran terhadap penduduk Indonesia yang bersaing dengan India soal masalah BAB tersebut. Seharusnya, beberapa kota menciptakan sanitasi di berbagai daerah. "Saya kira cuma India dan penduduknya jauh lebih besar, tapi kok kita bersaing…
Read More
Terus Hangatkan Nasi di Rice Cooker Naikkan Indeks Glikemik

Terus Hangatkan Nasi di Rice Cooker Naikkan Indeks Glikemik

Kesehatan, Uncategorized
[caption id="attachment_2089" align="aligncenter" width="706"] Ilustrasi nasi merah. (shutterstock.com)[/caption] RAB.com (JAKARTA): Larangan memanaskan nasi terus menerus dalam rice cooker karena bisa memicu diabetes bahkan kanker beredar lewat aplikasi pesan instan WhatsApp belakangan ini.  Sejauh mana kebenarannya? Menurut pakar hal itu ada benarnya meskipun tidak terjadi dalam waktu pendek. "Nasi memiliki nilai indeks glikemik yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kadar gula darah dengan cepat. Bila terlalu lama dimasak atau dipanaskan akan menyebabkan proses gelatinisasi sehingga akan menurunkan kadar seratnya dan meningkatkan nilai indeks glikemik," kata pakar gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc. Nasi bisa menjadi lebih sehat dan tak membuat kadar gula cepat naik, tergantung jenis beras dan cara mengolahnya. Kuncinya adalah mengurangi indeks glikemik yang dikandung nasi.Indeks glikemik adalah tingkatan pangan menurut efeknya terhadap gula darah. Makanan…
Read More