Dorong Sektor Kuliner Mendunia, Pemerintah Tiru Thailand

RAB.com (JAKARTA): Kementerian Koperasi dan lembaga pemerintah terkait sedang mengupayakan fasilitasi agar pengusaha kuliner Indonesia bisa go international. Selain juga terus mendorong agar industri bumbu lokal bisa mendapatkan sertifikasi internasional sehingga produknya bisa menembus pasar ekspor yang sangat ketat persyaratannya.

“Di pemerintah sekarang sedang bicara bagaimana memperkuat industri makanan kita berbasis pada keberagaman budaya kita. Kita mesti meniru model Thailand,” kata Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki saat memberikan sambutan pada syukuran hari ulang tahun ke-1 Indonesian Gastronomi Community (IGC) pada 6 Mei di Hotel Grand Sahid Jaya.

Dalam acara bertema Kisah Selera Indonesia-Berbagi Rasa & Keceriaan yang juga dihadiri Ketua PHRI Hariyadi Sukamdani dan Dirjen Kebudayaan Kemendikbud-Ristek Hilmar Farid, IGC memberikan penghargaan kepada tokoh yang dinilai  berjasa pada pengembangan gastronomi Indonesia. Ketua Umum IGC Ria Musiawan  juga mengumumkan rencana pembuatan Museum Gastronomi Indonesia (MGI) versi virtual berkolaborasi dengan PT Siji Solusi Digital, dilanjutkan dengan penayangan teaser video MGI virtual untuk pertama kali. Hadirin juga diajak merasakan langsung sensasi museum virtual dengan klik https://museumgastronomi.id/ 

Teten mengatakan saat ini soalnya adalah bagaimana memperkenalkan kekayaan khasanah makanan Indonesia dengan jaringan gastronomi kita sendiri di seluruh dunia. Sekarang di Paris, lanjut dia, hanya ada kira-kira 20 restoran Indonesia. “Padahal restoran Thailand ada 20.000. Dengan 20 restoran itu, yang menunjukkan tak punya jaringan, tentu tidak bisa memperkenalkan kuliner kita ke dunia.”

Menkop mengungkapkan dirinya sudah bicara dengan dirut Garuda supaya nanti ada dukungan untuk pengiriman rempah-rempah segar dan itu bisa menggunakan kargo Garuda dengan tarif khusus. Menkop menyepakati bila nanti pengusaha UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang mengirim, tarifnya 50 persen baik untuk tujuan di dalam negeri maupun ke luar negeri.

“Jadi ada dukungan untuk UMKM. Tinggal dari industrinya nanti kita kurasi mana restoran-restoran yang siap untuk mendukung program membuka gerai di banyak negara. Pembiayaannya juga harus didukung. Persis lah kita tiru saja model Thailand,” papar Teten sambil menambahkan 60 persen pengusaha UMKM bergerak di sektor kuliner.

Selain itu, kata Menkop, sasaran kita kedepan sebenarnya yang mau lebih dikembangkan secara lebih baik adalah industri bumbunya. Jadi, menurutnya, bukan lagi sekadar komoditas rempah yang jadi unggulan. Karena kalau rempah seperti lada, cengkeh, pala, dan jahe, lanjut mantan aktivis itu, kita tidak akan maju dari zaman VOC.

“Nanti yang kita jual bumbu opor, bumbu rendang. dan bumbu jadi masakan khas lainnya sehingga berkembanglah industri. Kita harus masuk ke situ,” tandasnya seraya berujar sekarang yang punya sertifikasi masuk ke pasar dunia produk sambal itu malah dari Cina. Produk Indonesia malah masih lokal sertifikatnya, belum mendapatkan sertifikasi misalnya dari Codex Alimenterius Commission (CAC) yang dibentuk FAO dan WHO.

Jadi, kata Menkop, ini yang sedang dipikirkan jajaran Kemenkop bersama kementerian lain. Nanti, lanjut dia, pengembangan gedung Sarinah oleh Kementerian BUMN juga akan diarahkan menjadi semacam sistem logistiknya dan warehouse-nya Garuda. “Kami dari kementerian koperasi lebih ke empowering pelaku usahanya untuk masuk ke sana. Saya kira presentasi dari asosiasi pengusaha juga sudah sangat bagus, tinggal kita detilkan konsepnya.”

Menurut Menkop, IGC bisa mendukung industri makanan dan minuman ini  karena banyak sekali para pakar dan ahli yang ada dalam komunitas yang disebutnya aktivis gastronomi Indonesia. Meskipun tidak rutin memantau, tutur dia, grup WA-nya terlihat sangat sibuk. “Saya optimis bila komunitasnya seaktif itu, kita bisa membangun gastronomi Indonesia lebih mendunia,” pungkas Ketua Dewan Kehormatan IGC ini. (rab)