RAB.com (JAKARTA): Gubernur baru, harapan baru warga DKI Jakarta. Tampaknya pernyataan itu akan terancam jadi sekadar slogan kosong. Hal ini terutama karena mengingat upaya mencapai kekuasaan penuh jalan berliku yang sayangnya diatasi dengan jalan pintas: menggunakan sentimen agama yang kemungkinan juga jadi penghambat utama.
Terbukti memang lebih banyak pemeluk agama Islam yang tinggal di Jakarta mendukung saat pencoblosan. Tapi juga mesti diingat betapa saat ini sedikit banyak mulai tersingkap kebenaran terkait sejumlah hal yang “penuh rekayasa” dan para aktornya sudah ada yang diciduk polisi dan diadili. Meskipun pasti dibantah tentu saja makin banyak fakta akan terungkap.
Seiring dengan itu, menarik untuk ditunggu apakah para muslim yang dulu termakan dengan permainan isu berbau SARA (suku, ras, agama, dan antar-golongan) yang didukung media penebar fitnah seperti Saracen, akan tetap memberikan dukungannya setelah sang Gubernur dan wakilnya dilantik. Mereka yang masih berpikiran waras tentu tak akan bisa lagi menerima dan menelan begitu saja berbagai fakta pelintiran.
Tegasnya menarik untuk melihat sejauh mana mereka akan bertahan setelah dicekoki berbagai fatwa setengah dipaksakan tentang pemimpin yang mesti seagama. Fatwa sumir yang terbukti menyala saat dikipas-kipas sehingga dipatuhi oleh warga Jakarta dan menjadikannya satu anomali politik. Sementara juga jelas bahwa para aktornya sekarang bahkan ada yang menjadi buron polisi.
Dari sisi operasional, jelas bahwa sudah ada benchmark tertentu tentang bagaimana idealnya kinerja seorang gubernur, wakil gubernur, dan jajarannya. Benchmark yang jelas standarnya sangat tinggi baik dari aspek penyelesaian masalah sarana dan pra-sarana fisik, maupun yang sifatnya etos kerja dengan sanksi dan tindakan yang jelas dan tegas, meskipun dianggap kasar oleh sebagian orang.
Dari sisi personal, banyak hal dari pasangan Anies-Sandi yang akan masuk tahap ujian. Bagaimana yang satu tampak begitu oportunis dalam mengejar kekuasaan, dan pasangannya tak kurang pula berlepotan citranya akibat kiprahnya sebagai pengusaha. Gubernur menjilat dan bahkan menyangkal total omongannya sendiri, sedangkan wakilnya terbelit sejumlah kasus pidana.
Layak dilihat sejauh mana langkah dan manuver keduanya untuk lulus dari ujian personal tersebut. Faktor bawaan yang cenderung menjadi beban ini tentu akan terus dipersoalkan terutama oleh mitra (DPR Daerah), warga Jakarta, serta tentu saja Pemerintah Pusat yang sejak awal sudah mewanti-wanti agar Gubernur dan Wakil Gubernur yang akan dilantik hari ini patuh pada aturan. (http://nasional.kompas.com/read/2017/07/11/21065841/luhut.ingatkan.anies.baswedan.wajib.lanjutkan.reklamasi)
Yang tak kalah penting adalah para pendukung yang sudah berjasa kemarin, yang jelas akan menuntut balas jasa. Tak ada makan siang yang gratis, yang efeknya sudah ramai diberitakan dan terkesan membabi buta. Bagaimana para pendukung kemarin begitu bersemangat meminta CV para PNS untuk bisa diajukan menjadi calonnya, entah sebagai pejabat baru maupun direksi BUMD.(http://wartakota.tribunnews.com/2017/10/12/tim-sukses-anies-sandi-gentayangan-minta-cv-ke-pejabat-pemprov-dki)
Sejak awal inilah yang menjadi titik kritis bagi keberlangsungan kinerja jajaran Pemprov DKI. Katakanlah Anies dan Sandi memang tulus dan berusaha untuk amanah dalam menjalankan jabatannya, tapi bagaimana “tekanan” dari para pendukung ini. Apalagi pasti ada berbagai janji saat berusaha meraih kemenangan yang juga harus ditunaikan selain janji kepada warga DKI.
Singkat kata kiprah Gubernur baru dan pasangannya akan menguji sebenar apa hukum besi bahwa tujuan yang baik mestinya juga dicapai dengan cara yang baik. Tidak menghalalkan segala cara yang pada gilirannya akan menjadi hambatan tersendiri. Dan mestinya tak ada warga Jakarta yang ingin Sang Gubernur dan jajarannya gagal karena bila itu yang terjadi kita semua yang akan rugi. Masalahnya apakah akan segampang itu.
Juga politik yang oleh Anies pernah diibaratkan seperti bendungan yang isinya macam-macam. Dari air yang pada hakekatnya bersih, sampai bangkai yang sangat busuk. Dan sebaiknya makin banyak orang baik yang terjun ke politik agar bau busuk itu semakin berkurang. Dengan kata lain menjadikan politik lebih beradab dan mensejahterakan apakah juga akan semudah itu.
Kini itu semua jadi tantangan yang semoga tidak terlalu susah diatasi. Dan usahanya (yang diklaim sebagai perubahan itu) secara resmi akan mulai dilakukan setelah pelantikan hari ini. Selamat bekerja.