RAB.com (JAKARTA): Presiden The Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia Azyumardi Azra memperkirakan isu SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) masih akan ramai beredar di media sosial (medsos) menjelang Pilpres 2019. Hal ini terindikasi dari masih banyaknya berita bohong atau hoaks saat ini, terutama yang menyerang pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Dalam Pilpres (pemilihan presiden) 2019, isu-isu seperti itu akan tetap digunakan. Sama seperti pada Pilpres 2014 di mana Jokowi dijadikan sasaran dari sentimen. Meski begitu isu SARA tidak akan mampu menjegal langkah Jokowi pada Pilpres 2019,” ujar Azyumardi di sela acara The 6th Action Asia Peacebuilders’ Forum, di Jakarta, Senin (16/10).
Hal itu bisa terjadi, menurut dia, karena tidak bisa dipungkiri pemerintah saat ini telah mengupayakan pembangunan di berbagai sektor yang bisa dirasakan oleh masyarakat. Dia pun mencontohkan pembangunan tol terintegrasi di Jawa yang sedang dilakukan pemerintah.
“Walau masyarakat terganggu dengan jalanan macet karena ada pembanguna konstruksi tapi keberadaannya itu kan udah dirasakan. Sehingga waktu pulang mudik kemarin tidak ada lagi macet parah di Brexit (pintu tol Brebes Exit) kan. Apalagi Lebaran 2018 mendatang. Sebagian besar jalan tol itu sudah tersambung,” kata Azyumardi.
Alat meraih kekuasaan
Jadi, tandas dia, masyarakat merasakan apa yang sudah dibuat oleh Jokowi dan pemerintahannya. Jadi oleh karena itu saya rasa sangat susah untuk mengalahkan Jokowi meski menggunakan isu agama maupun PKI (Partai Komunis Indonesia). Itu tidak akan efektif,” ucapnya seperti dikutip laman kompas.com.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto mengungkapkan bahwa penyebaran ujaran kebencian, propaganda politik dan kampanye hitam melalui dunia maya cenderung meningkat jelang Pilkada 2018 dan Pilpres 2019. Menurut Wiranto, penyebaran ujaran kebencian, propaganda politik, dan kampanye hitam menjadi alat meraih kekuasaan.
Wiranto menilai meningkatnya suhu politik merupakan hal yang wajar sebab banyak pihak berkontestasi. Para pihak tersebut akan mengupayakan langkah-langkah agar pasangam calon yang diusung dalam pemilu menjadi populer di tengah masyarakat. Namun seringkali cara-cara yang digunakan tidak terkontrol dengan baik, bahkan melanggar hukum.
“Saya mengatakan hati-hati jangan dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok yang radikal untuk membangun suatu kebencian, membangun kecurigaan, membangun konflik satu dengan yang lain,” kata Wiranto.