Kapal Kargo Raksasa CMA-CGM Sekali Seminggu Singgahi JICT

jict

RAB.com (JAKARTA): PT Jakarta International Container Terminal (JICT) mencatat babak baru pada 2017 setelah sukses melayani kapal kargo raksasa milik perusahaan pelayaran Prancis, Compagnie Maritime d’Affretement-Compagnie Generali Maritime (CMA-CGM) Otello, di Pelabuhan Tanjung Priok. “Kapal-kapal CMA-CGM merupakan yang terbesar yang pernah singgah sepanjang sejarah berdirinya Tanjung Priok,” ujar Direktur Utama JICT, Gunta Prabawa, dalam siaran pers di Jakarta, Senin (24/4).

Sebelumnya, dua kapal berukuran raksasa lainnya yakni CMA-CGM Titus dan Tancredi juga sukses dilayani dengan cepat dengan tingkat produktivitas pelabuhan di JICT, yakni 27-30 Mph (gerakan per jam). Menurut Gunta, kunjungan kapal terbesar itu menandakan era baru kapal-kapal yang akan singgah di Priok sekaligus menandakan kesiapan JICT dalam menyediakan layanan pelabuhan kelas dunia.

“JICT bersama pihak terkait pelabuhan melakukan tugasnya dengan baik sehingga perusahaan pelayaran global mempercayakan kapalnya dilayani di sini. Sudah pasti respons terminal untuk memberikan yang terbaik,” kata Gunta menambahkan kapal CMA-CGM Otello memiliki panjang 334 meter dan melakukan bongkar muat petikemas sebanyak 1.551 TEUs.

Menurutnya CMA-CGM telah sepakat menjalin kerja sama dengan PT JICT dengan membuka layanan baru, yakni dengan nama Java South East Asia Express Services/Java SEA Express Services/JAX Services. Layanan dilaksanakan dengan sistem weekly call atau jadwal satu kali sandar setiap minggu secara rutin ini akan melayani rute Pelabuhan Tanjung Priok ke West Coast (Los Angeles & Oakland) Amerika Serikat.

“Layanan perdana JAX Services telah dilakukan pada 9 April 2017 dengan kapal CMA-CGM Titus. Diharapkan eksportir dan importir di tanah air dapat mengoptimalkan layanan ini,” ujar Gunta.

Kapal CGA-CGM Otello.
Kapal CGA-CGM Otello.

Mendorong efisiensi

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, sehari sebelumnya menyambut secara resmi kedatangan kapal peti kemas terbesar pertama yang singgah di Indonesia, CMA-CGM Otello yang sandar di JICT. Budi mengatakan kedatangan kapal besar merupakan prestasi. “Pelabuhan Tanjung Priok kini sudah mampu menangani kapal berkapasitas besar,” kata dia di dermaga JICT, Jakarta, Minggu (23/4).

Kapal milik CGA-CGM sudah tiga kali merapat di dermaga JICT. Kapal sandar pertama kali pada 9 April 2017 untuk uji coba sandar. Lalu dilanjut seminggu setelahnya hingga diresmikan hari Minggu. Budi mengatakan kedatangan kapal besar dengan rute langsung bisa mendorong efisiensi pengiriman barang. Selain tarif yang lebih murah, waktu kirim barang menjadi lebih cepat. Sebelumnya, barang menuju Amerika harus singgah dulu di Singapura.

Menurut Budi, JICT juga akan kedatangan kapal dengan kapasitas yang lebih besar yaitu 10.000 TEUs. Ia berharap seluruh Pelindo dapat mengkonsolidasikan barang ke Pelabuhan Tanjung Priok sehingga lalu lintas barang meningkat. Budi meminta PT Pelindo II untuk meningkatkan kinerjanya agar pengiriman barang bisa lebih efisien dari sisi waktu dan tarif.

Awal April lalu Menhub, meninjau percobaan sandar perdana kapal besar berkapasitas 8.500 TEUs di dermaga Jakarta International Container Terminal. Peninjauan dilakukan karena layanan ini akan diresmikan Presiden Joko Widodo dalam waktu dekat. Saat inagurasi nanti, kapal berkapasitas 10 ribu TEUs dari Amerika rencananya akan bersandar di Jakarta.

Budi mengatakan kerja sama CMA – CGM dengan PT Pelabuhan Indonesia II ini membanggakan. “Kami bangga dengan kegiatan ini dan tidak mudah untuk menjaga kegiatan ini,” kata Budi di dermaga JICT, Jakarta, Ahad, 9 April 2017. Dia mengatakan layanan langsung pelayaran Jakarta – Amerika akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

Direktur Utama Pelindo II, Elvyn G. Masassya, mengatakan kapal besar dapat bersandar di Indonesia setelah JICT menambah kedalaman air menjadi 14-16 meter. Ia mengatakan pihaknya akan terus berkomitmen untuk meningkatkan pelayanan jasa kepelabuhanan. Untuk membangun Tanjung Priok, Pelindo sudah menyiiapkan Rp 5 Triliun per tahun

Elvyn berharap kedatangan kapal besar dari CGA-CGM dapat menjadi pemicu hadirnya kapaI-kapal besar lainnya untuk singgah di Pelabuhan Tanjung Priok. “Pelabuhan Tanjung Priok akan dapat berkompetisi dan menjadi salah satu pilihan pelabuhan transhipment di kawasan Asia,” ujarnya.

Pangsa pasar CMA-CGM naik

Senior Vice President CMA-CGM Asia, Jean-Yves Duval, mengatakan kerja sama tersebut tercipta karena ketertarikannya terhadap pasar Indonesia. “Kami melihat Asia Tenggara sebagai kawasan penting dan Indonesia menawarkan banyak kesempatan,” katanya di dermaga JICT, pada Minggu.

Duval mengatakan maskapainya sudah menguasai 13 persen pasar Indonesia. Dengan layanan baru tersebut, ia menargetkan kenaikan penguasaan pangsa pasar karena layanan tersebut menawarkan jasa yang lebih baik. “Kami berharap market share naik jadi 20 persen hingga akhir tahun ini,” katanya.

Presiden Direktur CGA-CGM Indonesia, Farid Belbouab, mengatakan CGA-CGM Group membawa 12 ribu TEUs kargo setiap minggu dari dan ke Indonesia serta pengiriman domestik. Dengan kerja sama baru bersama Pelindo II, ia menargetkan kenaikan jumlah kargo hingga 15 ribu TEUs. CMA-CGM optimistis target-target tersebut tercapai.

Farid mengatakan pelayaran langsung dari Tanjung Priok ke West Coast menawarkan waktu dan tarif yang lebih baik. Pengiriman barang memakan 23 hari. Sementara rata-rata pelayaran maskapai lain mencapai 30 hari. Dengan waktu yang lebih singkat, tarif pengiriman barang juga lebih murah.

Kerja sama tersebut menjadi sejarah bagi Indonesia. Untuk pertama kalinya, kapal berkapasitas besar mampu bersandar. Kapal raksasa pertama kali bersandar di Jakarta pada 9 April 2017. Rata-rata bongkar muat kapal saat itu sebanyak 2.311 TEUs. Jumlahnya meningkat tiga minggu kemudian menjadi 2.811 TEUs.

 

Dalam bongkar muat perdananya, kapal besar CMA – CGM membawa 2.300 TEUs. Sebanyak 22 persen dari barang ini merupakan barang hasil transhipment dari sejumlah pelabuhan domestik di Indonesia. Aktivitas bongkar muat direncanakan selesai dalam waktu 24 jam dengan menggunakan empat unit Gantry Luffing Crane (GLC).

Elvyn menjanjikan biaya pengiriman barang yang lebih murah dengan layanan ini. Dia mengatakan total penurunan harga bervariasi tergantung asal barang. “Tapi rata-rata per kontainer untuk Asia Timur bisa turun antara Rp 1-1,2 juta per boks,” kata Elvyn menambahkan pemerintah juga menyiapkan insentif bersifat progresif. Menurut dia, semakin banyak barang dan semakin besar kapal, maka insentif yang diberikan semakin banyak.