Pemakzulan Presiden Trump Kian Dekati Kenyataan?

trumpgte

RAB.com (JAKARTA): Pemakzulan Presiden AS Donald Trump kian mendekati kenyataan? Pertanyaan soal pemakzulan (impeachment) ini makin mengemuka setelah Direktur Badan Penyidik Federal Amerika Serikat (AS) atau FBI, James Comey, mengatakan pihaknya telah menyelidiki dugaan persekongkolan antara tim kampanye Trump dan pejabat Rusia sejak Juli 2016. 

Rincian ini terungkap setelah Comey untuk pertama kalinya bersaksi di depan Komite Intelijen Kongres AS pada Senin waktu setempat bahwa ihaknya sedang menyelidiki dugaan campur tangan pemerintah Rusia dalam pemilihan presiden 2016. Comey, seperti dilansir Politico, Selasa (21/3), menjelaskan bahwa penyelidikan mencakup kaitan antara sejumlah pejabat dalam tim kampanye Presiden Donald Trump dan pemerintah Rusia. 

Selain itu, diselidiki apakah ada koordinasi antara tim kampanye Trump dan Rusia serta apakah ada pelanggaran hukum yang terjadi. Penyelidikan FBI terjadi selama puncak kampanye Rusia yang diduga mengacaukan pemilihan Presiden Amerika Serikat dan akhirnya membantu terpilihnya Donald Trump sebagai presiden. Tapi Comey menolak mengomentari apa jenis koordinasi atau kontak antara tim kampanye Trump dan pejabat Moskow.

Saat Comey memberikan kesaksian, Partai Demokrat mendengarkan dengan saksama dan mencatat berbagai informasi yang bisa mendukung diterapkannya pasal pemakzulan bagi Trump. Rincian Comey bisa menjadi satu kejutan besar jika mengungkap bahwa Trump berkoordinasi dengan Rusia selama masa pemilihan presiden AS.

Komunitas intelijens telah menyimpulkan bahwa Kremlin — lewat sadapan pada Komite Nasional Demockatik dan mempengaruhi kampanye — berperan agar Trump terpilih jadi presiden. Telah diungkap bahwa selama masa kampanye sejumlah pejabat resmi Trump telah berkontak dengan pejabat Rusia, termasuk mantan Penasehat Keamanan Nasional Mike Flynn, yang telah mengundurkan diri setelah ketahuan bahwa dia telah melakukan percakapan tak layak dengan Dubes Rusia mewakili Wakil Presiden Mike Pence.

Tapi James Clapper, mantan direktur Intelijens National, mengatakan bahwa selama masa tugasnya di bawah Presiden Barack Obama tidak ada bukti kolusi antara calon presiden Partai Republik dan Rusia. Anggota Komite Intelijen Kongres AS Adam Schiff, menyangkal pernyataan tersebut kepada wartawan pada Minggu.

Bukti kecurangan

“Saya heran dengan apa yang dikatakan Direktur Clapper bahwa karena saya tak berpikir itu maka demikian adanya,” kata Schiff. “Saya akan memastikan itu pada awal penyelidikan: Itulah bukti tak terbantahkan adanya kolusi. Ini saya kira bukti langsung adanya kecurangan dan itulah mengapa kita mulai penyelidikan,” paparnya seperti dikutip laman europe newsweek.com.

Partai Demokrat telah mulai mengusulkan gagasan untuk memakzulkan Trump, khususnya terkait pendalam atas klaim bahwa dirinya telah disadap dan tak bisa memberikan bukti. Anggota komite lainnya, Sheila Jackson Lee, mengatakan bahwa saat Comey mengulang keterangan bahwa tidak ada bukti untuk mendukung klaim tersebut, berarti Trump telah membuat pasal bagi dirinya untuk dimakzulkan.

“Jika anda tak punya bukti dan telah mengatakannya selama tiga minggu, maka anda jelas-jelas jadi masalah dari sisi kepercayaan publik. Dan tindakan itu bisa dikaitkan dengan kriminal tingkat tinggi dan kesalahan (high crimes and misdemeanors) yang mana pasal pemakzulan bisa dikenakan,” kata Jackson Lee kepada Houston Chronicle Sunday.

Situs politik progresif National Memo menulis komentar dengan nada sama dengan tajuk “Ya, Trump Bisa Dimakzulkan karena Cuitannya.” Berdasakan konstitutisi, seorang presiden bisa dimakzulkan karena tiga pelanggaran: pengkhianatan, penyuapan, atau tindak kriminal dan kesalahan fatal lainnya (other high crimes and misdemeanors).

Comey dalam keterangannya mengatakan ia tidak tahu berapa lama penyelidikan akhirnya akan berakhir. “Tidak ada batas waktu biasanya,” katanya. Meski penyelidikan telah berlangsung sejak Juli 2016, Comey mengatakan tidak berarti akan segera selesai. “Untuk penyelidikan kontra-intelijen itu waktu yang cukup singkat,” katanya.

Penyelidikan FBI berselang beberapa pekan setelah bekas intelijen MI6 Inggris, Christopher Steele, melaporkan terjadi hubungan antara penasihat kampanye Trump dan pejabat Istana Kepresidenan Rusia, Kremlin, selama kampanye pemilu presiden 2016.

Laporan Steele ditanggapi serius oleh FBI karena ia pernah bekerja sama dengan FBI sebagai konsultan divisi kejahatan Eurasia. Dalam penyelidikan tersebut, Steele membantu FBI mengungkap hubungan antara mafia Rusia dan FIFA, organisasi sepak bola dunia.

trump1

Sudah diramalkan

Pemakzulan Presiden Trump sudah diramalkan oleh beberapa pakar sejarah AS. Salah satunya sejarawan kawakan Ronald L Feinman memprediksi Donald Trump akan menjadi presiden dengan masa jabatan terpendek kedua sepanjang sejarah AS. Profesor ini memprediksi, masa pemerintahan bintang televisi itu akan berada di antara William Henry Harrison dan James A Garfield.

William Harrison hanya memerintah AS selama 31 hari setelah dia meninggal dunia pada 1841 akibat penyakit pneumonia yang diidapnya. Sementara itu, James Garfield meninggal dunia pada 1881, 79 hari setelah dia ditembak. Garfield meninggal dunia karena penanganan medis yang buruk.

Feinman menambahkan, masa pemerintahan Trump juga tak akan mencapai 16 bulan 5 hari seperti masa berkuasanya Presiden ke-12 AS, Zachary Taylor, yang meninggal dunia akibat kelainan pencernaan pada 1850.

Sejarawan yang baru saja menerbitkan buku soal nasib buruk para presiden AS itu menambahkan, jika Trump mundur, maka rezim Mike Pence tak bisa dihindari. Mike Pence, saat ini menjabat wakil presiden, akan mengambil alih kekuasaan jika Trump lengser dari jabatannya.

Lewat sebuah blog, Feinman memperkirakan Trump akan dimakzulkan atau dipaksa mengundurkan diri. Prediksi Feinman muncul tak lama setelah Gedung Putih mengakui, beberapa pekan lalu, Trump sudah mendapatkan masukan bahwa penasihat keamanannya, Michael Flynn, berdusta soal pembicaraan teleponnya dengan Dubes Rusia.