RAB.com (JAKARTA): Menonton film horor adalah momok bagi banyak orang, terutama wanita. Tapi para ilmuwan justru menggunakan potongan film horor untuk mencari tahu tentang satu jalur neural (saraf) kunci pada manusia, yang menjelaskan bagaimana otak memproses rasa takut dan kecemasan. Hasil penemuan diharapkan bisa membantu menemukan cara baru untuk menyembuhkan para penderita gangguan kesehatan mental.
Banyak orang termotivasi untuk terus mengingat pengalaman menakutkan, karena informasi itu dianggap berguna untuk bertahan hidup dalam keseharian. Akan tetapi, menurut penelitian, penghayatan yang berlebihan terhadap rasa takut, justru hanya menimbulkan kecemasan dan berbagai gangguan mental lainnya.
Hingga saat ini, rangkaian aktivitas yang terjadi pada otak terkait rasa takut baru dipetakan pada tikus. Para peneliti dari Universitas California, Irvine (UCI) di Amerika Serikat telah merekam aktivitas jaringan saraf menggunakan elektroda yang ditanam ke amygdala dan hippocampus pada sembilan orang saat mereka menonton adegan film horor untuk merangsang munculnya rasa takut.
“Elektroda di dalam otak menangkap sinyal jaringan sel saraf yang muncul dari milidetik ke milidetik berikutnya dan mengungkapkan dalam waktu nyata bagaimana otak menanggapi stimuli ketakutan itu,” jelas Jie Zheng, mahasiswa UCI. Para peneliti menunjukkan bahwa dua area otak yang berada di tengah-tengah otak tersebut memainkan peran penting dalam mengenali stimuli emosional dan melekatkannya di memori. Keduanya secara langsung saling bertukar sinyal.
“Faktanya, neuron di amygdala melepas sinyal 120 milidetik lebih awal dari neuron di hippocampus. Sangat besar artinya kami bisa mengukur dinamika aktivitas otak dengan sepresisi itu,” kata Zheng seperti dikutip India Times. Pola sinyal yang terjadi di antara amygdala dan hippocampus itu, kata Zheng, dikendalikan oleh emosi yang terpicu saat menonton film horor.
“Satu aliran informasi searah dari amygdala ke hippocampus hanya terjadi saat si penonton melihat klip film yang menakutkan. Tapi aliran sinyal itu tak terjadi saat menonton adegan yang membuat nyaman,” kata Zheng menambahkan penelitian pada manusia dan hewan telah menegaskan peran amygdala dalam memproses rasa takut dan peran setara hippocampus dalam menguatkan pemrosesan memori terkait peristiwa-peristiwa emosional.
Profesor neurologi UCI, Jack Lin, mengatakan bahwa sebelumnya tak diketahui bagaimana dua bagian otak yang saling berdekatan tersebut berinteraksi selama mengenali stimulus rasa takut. Kebanyakan studi fokus pada apa yang terjadi pada tiap bagian otak secara terpisah.
“Penelitian kami menggabungkan berbagai kajian tentang peran amygdala dan hippocampus dalam memproses stimulus emosional, dengan bukti langsung bahwa amygdala awalnya memaknai relevansi emosional stimulus itu lalu mengirimkan informasinya ke hippocampus untuk diproses sebagai memori,” jelasnya seraya menambahkan hasil penelitian sudah diterbitkan di jurnal Nature Communications..
Pemahaman secara tepat tentang jaringan otak mana yang teraktivasi dalam memproses stimuli rasa takut, kata Lin, sangat penting dalam mengembangkan cara penyembuhan baru untuk gangguan psikiatrik di era pengobatan yang sesuai kondisi tiap orang.