.RAB.com (JAKARTA): Mampu terbang sekaligus berjalan sangat istimewa di alam. Jika kita bisa memprogram robot dengan kemampuan sama akan membuka banyak kemungkinan: mesin yang bisa terbang di area bangunan atau zona bencana jauh dari jalan raya dan menyelinap di ruang sempit puing-puing untuk memindahkan objek atau menyelamatkan manusia.
Banyak burung, serangga, dan hewan lain yang bisa melakukan keduanya. Masalahnya robot yang berkemampuan bagus dalam satu moda transportasi biasanya buruk pada moda yang lain. Drone bisa terbang cepat dan lincah, tapi biasanya kemampuan baterenya sangat terbatas untuk menjelajah jarak jauh. Wahana darat, sebaliknya, lebih efisien energinya tapi lebih lambat dan kurang lincah.
Peneliti di Computer Science and Artificial Intelligence Laboratory (CSAIL) MIT merintis pengembangan robot yang bisa bermanuver di udara dan darat dan lalu terbang lagi. Dalam satu laporan baru, tim peneliti mempresentasikan satu sistem drone delapan baling-baling (quadcopter drones) yang bisa terbang dan “berjalan” di ruang kota dengan tempat parkir, tanpa zona terbang dan tempat mendarat.
“Kemampuan terbang sekaligus “berjalan” ini sangat berguna pada lingkungan dengan banyak penghalang saat anda bisa terbang di atas reruntuhan dan meluncur di lorong bawah halangan,” kata Brandon Araki, mahasiswa doktoral yang jadi penulis utama laporan. Sistem quadcopter ditampilkan pada International Conference on Robotics and Automation (ICRA) IEEE di Singapura pada awal Juni lalu.
Drone biasa, kata Araki, sama sekali tak bisa bermanuver di darat. Drone dengan roda lebih mudah menjelajah sementara hanya mengalami sedikit hambatan dalam waktu terbang. Araki dan Direktur CSAIL Daniela Rus mengembangkan sistem drone ini bersama mahasiswa MIT John Strang, Sarah Pohorecky, Celine Qiu, dan Tobias Naegeli dari Advanced Interactive Technologies Lab ETH Zurich .
Projek yang dibangun pada karya Araki sebelumnya, seperti dilaporkan situs sciencedaily, adalah mengembangkan robot kera terbang yang berjalan, memanjat, dan terbang. Sementara robot kera itu bisa melintasi berbagai penghalang dan berjalan menjelajah, robot dari Massachusetts Institute of Technology itu masih tak dapat melakukannya secara mandiri (autonomously).
Skala besarnya: flying car
Untuk melengkapi kemampuan itu, tim Araki mengembangkan beragam jalur algoritme perencanaan (path-planning algorithms) yang bertujuan memastikan bahwa drone tidak menabrak penghalang. Untuk bisa “berjalan”, tim menggunakan dua motor kecil dengan roda pada bagian dasar drone. Dalam simulasi, robot mampu terbang 90 meter atau meluncur 252 meter, sebelum batere habis.
Menambahkan komponen penggerak beroda pada drone yang sedikit mengurangi daya batere, berarti mengurangi kemampuan maksimal jelajah robot saat terbang hingga 14 persen atau sekitar 300 kaki. Tapi selama meluncur dengan roda masih jauh lebih efisien daripada terbang, penghematan daya ini bisa menutupi ketidakefiesienan terbang karena beban tambahan.
Menurut profesor sains komputer Rutgers University, Jingjin Yu, karya tim Araki ini menyediakan satu solusi algoritme untuk moda transportasi campuran (mixed-mode transportation) skala besar. “Juga menunjukkan bahwa hal itu bisa diterapkan untuk mengatasi masalah di lapangan yang sangat nyata,” kata Yu yang tidak terlibat dalam penelitian.
Tim Araki juga menguji sistem menggunakan bahan yang tersedia sehari-hari seperti bahan dari pabrik untuk jalan dan kotak-kotak papan untuk bangunan. Tim menguji delapan robot dengan mengarahkan dari satu titik awal perjalanan ke titik tujuan pada jalur yang bebas tabrakan dan semuanya berjalan dengan lancar.
“Sistem yang kami uji ini memberi arah bahwa pendekatan yang lain untuk menciptakan mobil terbang (flying car) yang aman dan efektif tidak semudah hanya menambahkan sayap di mobil, tapi perlu riset tahunan untuk menambahkan kemampuan kendali mirip yang ada di drone ini,” kata Rus.
Saat kita mulai mengembangkan algoritme untuk perencanaan dan kendali untuk mobil terbang, lanjut Rus, kami kian terdorong oleh kemungkinan untuk membuat robot dengan berbagai kemampuan itu pada skala kecil. “Saat jelas masih ada tantangan besar penerapannya di wahana yang benar-benar bisa mengangkut orang, kami terinspirasi potensinya di masa depan di mana mobil terbang bisa menjadi moda transportasi yang cepat dan bebas macet.”