RAB.com (JAKARTA): Perintis Internet modern Robert William Taylor yang mulai mengintegrasikan komputer Pentagon dengan komputer dari beberapa lembaga riset yang disponsorinya dalam satu jaringan, meninggal pada usia 85 tahun karena komplikasi penyakit Parkinson di rumahnya di Woodside, Kalifornia, Amerika Serikat, Kamis pekan lalu, 13 April 2017.
Kiprah Taylor di Departemen Pertahanan Amerika pada 1966 ini membantu penciptaan Internet. Cikal bakalnya saat itu disebut Arpanet yang berupa jaringan (network) komputer yang awalnya hanya menghubungkan empat pusat penelitian dai AS. Jaringan ini milik ARPA (Advanced Research Project Agency), yang kemudian terus berkembang menjadi Internet yang dikenal sekarang.
Taylor yang mempelajari psikologi saat kuliah, bekerja sebagai engineer pada beberapa perusahaan pesawat terbang dan NASA sebelum bergabung dengan ARPA yang berada di bawah Departemen Pertahanan AS pada 1965. Saat itu ARPA menjadi sponsor pada hampir semua riset sistem komputer yang ada di AS.
Dalam tugasnya sebagai direktur Information Processing Techniques Office ARPA, Taylor ingin mendapat solusi terkait fakta bahwa sejumlah institusi berbeda melakukan riset yang sama secara berulang pada komputer mainframe yang tersedia dalam jumlah terbatas. Secara khusus, dia ingin membuat penggunaan bersama itu (timesharing) lebih efisien: pemakaian tiap komputer secara bersamaan oleh beberapa ilmuwan lewat terminal berbeda.
Yang juga tak kalah penting bagaimana para ilmuwan itu bisa berbagi file dan saling mengirim pesan satu sama lain. Arpanet berkembang dan sudah menyatukan lusinan situs riset setelah Taylor meninggalkan Pentagon.
Taylor juga terlibat dalam sejumlah inovasi. Sebut peran pentingnya dalam penemuan mouse komputer. Pada 1961, saat menjabat setahun sebagai proyek manajer di National Aeronautics and Space Administration (NASA) di Washington, dia mempelajari hasil pekerjaan dari seorang saintis muda komputer Douglas Engelbart di Stanford Research Intitute. Engelbart mengeksplorasi kemungkinan interaksi langsung antara manusia dan komputer.
Taylor membiayai proyek tersebut, yang kemudian dikenal sebagai mouse. Temuan inilah yang kemudian berperan dalam desain komputer Macintosh dan Microsoft Windows.
Saat di NASA, Taylor menjadi teman dan anak didik J.C.R. Licklider, ahli psikologi dan saintis komputer yang menulis sebuah makalah berjudul Man-Computer Symbiosis. Makalah itu menjadi peta jalan untuk pengembangan Internet dan komputer pribadi, serta kemajuan spektakuler dalam kecerdasan buatan dan robot.
Arsitek kunci dunia modern
Taylor meninggalkan Pentagon pada 1969 setelah bertugas di perang Vietnam dan kemudian mengajar selama satu tahun di University of Utah sebelum bergabung ke Xerox Palo Alto Research Center (PARC) di California. Di sana, ia bergabung dengan kelompok kecil peneliti yang menyempurnakan banyak teknologi yang telah dirintis oleh Engelbart dan juga membuat hal baru, termasuk komputasi personal berbasis grafis.
Menjelang akhir karirnya, pada 1990-an, Taylor membantu menciptakan salah satu mesin pencari Internet pertama, AltaVista. “Dari permulaan Internet sampai peluncuran revolusi komputer personal, Bob Taylor adalah arsitek kunci dunia modern kita,” kata Lesli Berlin, ahli sejarah proyek Silicon Valley di Stanford University.
Pada 1999 dia menerima penghargan dari National Medal of Technology and Innovation untuk karyanya dalam kepemimpinan mengembangkan teknologi komputasi modern.
Berita kematian pria yang bukan saintis komputer, melainkan berlatar belakang psikologi baru dirilis Senin, 17 April 2017. Robert lahir 10 Februari 1932 di Dallas dan diadopsi 28 hari kemudian di San Antonio oleh pendeta metodis Rev. Raymond Taylor dan istrinya, Audrey. Setelah mendapatkan gelar sarjana dari Southern Methodist University di Dallas, ia melanjutkan sekolah pascasarjana psikologi di University of Texas di Austin. Dia mengerjakan tesis dalam psikologi eksperimental tentang bentuk baru interaksi manusia-komputer.
Penelitian tesisnya difokuskan pada bagaimana telinga dan otak melokalisasi suara. Untuk menganalisa data, ia harus membawanya ke pusat komputasi universitas. Di sanalah dia melihat anggota staf pusat komputasi di belakang dinding kaca pelindung membantu mengoperasikan komputer mainframe..
Operator menunjukkan padanya proses standar era itu yang melelahkan: memasukkan data dan program ke kartu berlubang di komputer. Dia terkejut dengan proses itu. “Setelah itu saya memikirkannya untuk sementara waktu, saya marah. Proses memasukan data itu edan. Saya kira itu penghinaan,” ujarnya.
Dia meninggalkan pusat komputer, kembali ke laboratorium dan malah menggunakan kalkulator desktop. Dia tahu bahwa kalkulator dapat memanipulasi simbol-simbol–lewat tegangan tinggi dan tegangan rendah untuk mewakili angka biner 1 dan 0–dan bahwa 1 dan 0 dapat dikombinasikan untuk mewakili huruf, dan huruf dikombinasikan mewakili teks, dan teks dikombinasikan untuk mewakili pengetahuan. “Mengapa komputer tidak bisa melakukan itu?”