Wahana OSIRIS-REx Manfaatkan Gravitasi Bumi Kejar Bennu

bennu

RAB.com (JAKARTA): Setahun setelah diluncurkan untuk memburu asteroid Bennu, wahana OSIRIS-REx kembali mendekati bumi untuk mengubah arah lintasannya. Padahal wahana—-yang dirancang untuk mendarat dan mengambil sampel asteroid raksasa Bennu—-itu sudah menjelajah antariksa 960 juta kilometer atau lebih dari enam kali jarak bumi ke matahari.

OSIRIS-REx 22 September lalu terbang hanya 17 kilometer (11.000 mil) di atas Antartika dengan kecepatan lebih dari 30.000 kilometer per jam. Osiris kembali hanya untuk memanfaatkan tarikan gravitasi planet agar bisa mendapatkan efek ketapel sehingga arah orbitnya berubah enam derajat dan melaju lebih efisien untuk bisa memotong lintasan Bennu.

“Dia cukup dekat dengan bumi untuk mendapatkan tarikan gravitasi dan perubahan momentum,” kata Deputi Program OSIRIS-REx, Christina Richey, seperti ditulis laman space.com. Para ilmuwan di Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) sengaja mengatur rute terbang wahana seharga US$ 800 juta itu untuk kembali mendekati bumi.

Menurut Richey, rute melintas (fly-by) diperlukan untuk menambah kecepatan dan menyesuaikan rute penerbangannya dengan jalur lintasan Bennu. Berkat tarikan gravitasi bumi, kecepatan OSIRIS-REx bertambah hingga 13.600 kilometer per jam. Bukan hanya Osiris yang melakukan manuver ini.

Pada 2013, wahana Juno yang dikirim NASA menuju Jupiter juga kembali melintasi bumi dua tahun setelah diluncurkan. Jarak Juno saat melintasi bumi bahkan hanya 560 kilometer. Wahana tersebut kini tengah mengorbit Jupiter. Manuver ini pertama kali dicetuskan ahli matematika Uni Soviet, Yuri Kondratyuk, pada 1919.

Menurut perhitungannya, gravitasi bumi bisa membantu wahana luar angkasa melesat lebih jauh dan cepat. Dan yang terpenting, tidak perlu menghabiskan bahan bakar untuk menambah kecepatan. “Kalkulasi ini jitu. Ini teknik brilian dan murah,” kata Shadan Ardalan, ilmuwan yang terlibat dalam misi Juno. “Misi antarplanet memerlukan teknik ini untuk menambah kecepatan wahana.”

Mengatur penerbangan OSIRIS-REx kembali mendekat ke bumi menjadi langkah cerdas menghemat energi. Wahana ini mengandalkan energi surya. “Gravitasi bumi membantunya menuju jalur Bennu tanpa perlu memakan energi,” kata Dante Lauretta, peneliti utama OSIRIS-REx dari Universitas Arizona. (Lihat visualisasi efek ketapel di link video)

Bennu adalah asteroid yang rutin melintasi orbit bumi. Asteroid tipe B berdiameter 500 meter itu mengorbit matahari dalam 436 hari. Sekali setiap enam tahun, Bennu melintas hanya 299 ribu kilometer dari bumi. Ini lebih dekat ketimbang jarak bulan ke bumi. Jarak lintasan yang sangat dekat itu membuat kemungkinan tabrakan antara Bennu dan bumi cukup besar.

Diperkirakan peluangnya 1 : 2.700 Bennu menghantam bumi antara 2175 dan 2196. Obyek sebesar asteroid ini bisa menimbulkan bencana jika benar-benar menabrak bumi. Sebagai pembanding, meteor yang jatuh pada 2013 di Chelyabinsk, Rusia, berdiameter 10 meter. Getaran ikutan saat lewat berkecepatan tinggi di atas kota menghancurkan kaca bangunan dan melukai lebih dari 1.000 orang.

Pada 1908, pecahan meteor bergaris tengah 60 meter meledak di atas Tunguska, Siberia, Rusia. Dentumannya setara dengan 50 megaton peledak trinitrotoluene (TNT) itu meratakan area seluas 2.000 kilometer persegi yang awalnya hutan yang berisi sekitar 80 juta pohon.

Namun para ilmuwan menyatakan peluang tabrakan Bennu dengan bumi tergolong cukup kecil. Batu antariksa itu juga tak cukup besar untuk menciptakan bencana yang mengancam kehidupan di bumi. Lauretta menyatakan para ilmuwan lebih tertarik menyelidiki peran asteroid primitif seperti Bennu terhadap kehidupan di bumi.

OSIRIS-REx adalah wahana pertama yang dikirim untuk mengambil sampel di Bennu dan membawanya kembali ke bumi. Para ilmuwan yakin Bennu sarat dengan sumber daya, seperti air, besi, dan bahan organik. OSIRIS-REx dijadwalkan kembali dengan membawa pulang sekitar 60 gram batu dan debu pada 2023.

Simpan sejarah tata surya

Misi peluncuran wahana OSIRIS-REx pada Jumat, (9/9/2016), menyusul misi asteroid sebelumnya – wahan Rosetta – yang digagas Badan Antariksa Eropa (ESA). Apakah keistimewaan Bennu? Mengapa asteroid itu dijadikan target misi?

Salah satu yang diyakini oleh NASA adalah, Bennu menyimpan sejarah tentang tata surya. “Asteroid itu adalah kapsul waktu dari tahapan paling awal pembentukan tata surya,” kata Lauretta, yang profesor keplanetan dan kosmokimia pemimpin misi OSIRIS-REx kepada New York Times, pada September 2016.

Bennu merupakan salah satu asteroid tertua. Karenanya, Bennu diduga kaya akan karbon dan materi organik. Kekayaan karbon dan materi organik pada bennu akan memberi petunjuk tentang sejarah awal tata surya, membuka kemungkinan ilmuwan menjelaskan peristiwa-peristiwa penting saat pembentukan sistem keplanetan yang berpusat pada matahari itu.

Keberadaan materi organik pada Bennu juga membuka peluang menguraikan sejarah kehidupan di bumi. Para astronom meyakini bahwa materi organik yang menjadi cikal bakal kehidupan tidak benar-benar berasal dari bumi. Materi tersebut diduga dikirim oleh asteroid yang menghantam planet kita. Penyelidikan pada Bennu akan mengonfirmasi pandangan tersebut.

Lauretta secara khusus tertarik pada struktur asam amino, penyusun protein, di Bennu. Secara mudah, struktur asam amino pada makhluk hidup di bumi “bertangan kiri”. Padahal, asam amino bisa terdapat dalam bentuk yang “bertangan kanan”. Riset pada Bennu memungkinkan Lauretta mengungkap reaksi di antariksa yang berpotensi mengubah struktur asam amino menjadi “bertangan kiri”.

Untuk mengungkap rahasia masa awal tata surya, misi OSIRIS-REx akan mengambil debu Bennu. Perangkat bernama TAGSAM dalam wahana tersebut akan mendarat, menyemburkan gas nitrogen, dan menghisap debu yang berhamburan. Debu tersebut kemudian akan dibawa ke bumi untuk dianalisis di laboratorium. NASA menargetkan untuk memperoleh sampel sekitar 60 gram debu.

Selain soal sejarah Bennu juga dipilih menjadi tujuan karena kedekatan jarak. Bennu berjarak antara 0,8 – 1,6 satuan astronomi. Jarak yang sebenarnya jutaan kilometer itu dianggap masih bisa dijangkau. Sementara itu, Bennu juga punya ukuran lebih dari 200 meter. Dengan ukuran itu, pendaratan masih dimungkinkan.

Bennu sebelumnya dinamai 1999 RQ36. Nama Bennu diberikan oleh Michael Puzio, pelajar yang memenangkan kontes penamaan asteroid. international contest. Puzio yang kala itu berusia 9 tahun memberi nama Bennu sebab asteroid tujuan misi OSIRIS-REx ini dianggap berbentuk mirip burung Bennu, burung dalam mitologi Mesir Kuno.