Aplikasi Online Membuka Lapangan Kerja dan Tingkatkan Produktivitas

Keberadaan aplikasi online membuka lapangan kerja, meningkatkan produktivitas penggunanya, dan meningkatkan pendapatan UKM.
Keberadaan aplikasi online membuka lapangan kerja, meningkatkan produktivitas penggunanya, dan meningkatkan pendapatan UKM.

RAB.com (JAKARTA): Aplikasi on-demand mengambil peranan penting dalam membuka lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja yang belum terserap di industri. Selain itu juga meningkatkan produktivitas penggunanya. Kebanyakan mitra aplikasi dapat mengantongi uang lebih besar dari rata-rata upah minimum nasional dengan jam kerja yang dirasa lebih fleksibel, sedangkan usaha kecil menengah  juga kecipratan rezeki.

Itulah hasil penelitian Pusat Kajian Komunikasi, Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (Puskakom UI) yang disampaikan dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (8/5). “Aplikasi on-demand mengambil peranan penting dalam membuka lapangan pekerjaan. Penelitian itu melibatkan salah satu perusahaan komersialisasi digital di Indonesia yaitu Go-Jek,” kata Ketua Puskakom UI Inaya Rakhmani.

Salah satu parameter yang diambil dalam penelitian ini, kata Peneliti Utama Puskakom UI Alfindra Primaldhi adalah tingkat pendidikan mitra pengemudi. Hasil survei menunjukkan bahwa mitra pengemudi paling banyak berpendidikan lulusan sekolah menengah atas. Hal ini, sejalan dengan data yang dikeluarkan Biro Pusat Statistik pada tahun 2016 yang menyatakan bahwa 41 persen pengangguran di Indonesia berasal dari lulusan sekolah menengah atas.

“Artinya aplikasi on-demand ini telah membuka peluang kerja bagi kelompok besar pengangguran di Indonesia,” ujar dia. Selain pengemudi dan pelanggan, kata Inaya, usaha kecil menengah dalam bidang kuliner juga ikut kecipratan dampaknya. “Meningkat penjualannya karena ada jasa antar makanan. Namun untuk mengetahui dampak secara lebih luas terhadap ekonomi Indonesia atau masyarakat selain mitra dan pelanggan, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.”

Inaya berharap dengan adanya riset mengenai perubahan-perubahan sosial seperti ini, pemerintah dapat mengambil kebijakan dan pendekatan program-program pemberdayaan masyarakat secara lebih tepat. Penelitian itu dilakukan dengan menggunakan metode pencuplikan acak murni (pure random sampling) terhadap 3.213 mitra pengemudi roda dua, 2.801 mitra pengemudi roda empat, serta 4.048 pelanggan yang aktif dalam tiga bulan terakhir.

Sampel itu diambil dari 15 lokasi, dengan 50 persen berasal dari wilayah Jakarta, Bogor, Depok,Tangerang, dan Bekasi yang tercatat sebagai wilayah dengan jumlah pengemudi dan pelanggan terbanyak. Riset ini, kata Inaya, memiliki margin of error sebesar 1,5 persen. Selain itu, dari hasil survei diketahui kebanyakan mitra pengemudi dapat mengantongi uang lebih besar dari rata-rata upah minimum nasional dengan jam kerja yang dirasa lebih fleksibel.

 

Fakta menarik lain

Puskakom UI juga menemukan fakta-fakta menarik tetang aplikasi on-demand untuk transportasi online, salah satunya perempuan adalah pemesan terbanyak transportasi online. “Alasannya utamanya karena rasa aman dan nyaman,” kata Alfindra Primaldhi, saat pemaparan hasil survei. Konsumen pengguna aplikasi on-demand berjumlah 69 persen dari total peserta survei 4.048 orang, sedangkan laki-laki di angka 31 persen.

Menurut data Puskakom UI, para konsumen merasa aman (95 persen) dan nyaman (98 persen) ketika menggunakan transportasi berbasis aplikasi, antara lain karena mengetahui identitas pengemudi dan rute terlacak. Rata-rata pengguna aplikasi berada pada usia produktif, yaitu 20-an (56 persen) dan 30-an tahun (28 persen), dengan mayoritas tingkat pendidikan S1 (54 persen).

Hampir seluruh konsumen yang disurvei, 91 persen, menyatakan produktivitas mereka meningkat karena ada aplikasi on-demand, namun Puskakom UI tidak merinci bentuk peningkatan tersebut. Kebutuhan konsumen terhadap layanan transportasi berbasis dalam jaringan cukup tinggi, yaitu 83 persen untuk ojek dan 50 persen untuk roda empat.Selebihnya, mereka menggunakan jasa transportasi online untuk memesan makanan (69 persen) dan mengirim barang (35 persen).

Survei Puskakom UI yang merupakan studi kasus pada Go-Jek dilakukan lewat kuesioner yang dikirim ke peserta secara acak pada 6-11 April lalu, yaitu mitra Go-Ride 3.212 orang, mitra Go-Car 2.801 orang dan pelanggan yang aktif selama tiga bulan terakhir. Berdasarkan survei ini, kebanyakan mitra pengemudi mereka adalah laki-laki (Go-Ride 99 persen, Go-Car 98 persen) berusia lebih dari 35 tahun (Go-Ride 69 persen, Go-Car 64 persen).

Kebanyakan pengemudi adalah tulang punggung keluarga (Go-Car 95 persen, Go-Ride 97 persen), dengan jumlah tanggungan 2 hingga 4 orang. Mereka menjadi pengemudi secara penuh waktu (Go-Car 68 persen, Go-Ride 87 persen), sebelumnya bekerja sebagai pengemudi ojek pangkalan (33 persen) dan pegawai swasta (32 persen).