AS Gelontor Hampir US$ 1 Miliar untuk Robot Supercanggih

rob

RAB.com (JAKARTA): Militer Amerika Serikat baru-baru ini mengumumkan investasi senilai US$ 900 juta (setara Rp 11 triliun) untuk menciptakan robot yang supercanggih masa depan. Investasi The Defense Advanced Research Project Agency (DARPA), badan di bawah Departemen Pertahanan AS, itu akan untuk melaksanakan enam program baru dalam empat tahun mendatang.

Tiga program terkait pengembangan material dan integrasi, desain sirkuit, serta arsitektur sistem. Satu program lagi berfokus pada peningkatan kekuatan pemrosesan prosesor yang selama ini berbasis pada Hukum Moore. Hukum Moore merupakan salah satu kaidah dalam industri mikroprosesor yang menjelaskan tingkat kecepatan mikroprosesor yang berlipat setiap periode tertentu.

Menurut Direktur Microsystem Technology Office DARPA,Bill Chappell, hukum Moore telah menyetir industri teknologi selama lebih dari 50 tahun terakhir. “Hukum ini secara tak langsung ‘menuntut’ pengembangan teknologi yang terus-menerus,” ujar dia. “Prediksi Moore telah terbukti akurat.”

Meski akurat, banyak kendala yang muncul belakangan ini dan akhirnya menempatkan teknologi chip di titik jenuh. Menurut Chappel, penyebabnya adalah melejitnya biaya produksi dan keterbatasan pengembangan. “Butuh banyak penelitian baru,” ujarnya. Dengan investasi ini, dia berharap teknologi microchip terus tumbuh pada abad mendatang.

Hukum yang diperkenalkan Gordon E. Moore, salah seorang pendiri Intel, sudah hampir mencapai batasnya karena kompleksitas sebuah mikroprosesor yang meningkat dua kali lipat setiap 18 bulan. Transistor berbahan silikon yang bisa dijejalkan dalam sekeping chip pada akhirnya akan terbentur pada ukurannya sendiri (yang kini hampir mencapai ukuran atom) yang tidak bisa diperkecil lagi.

Ranah big data

Investasi ini merupakan lanjutan pengumuman Pentagon pada Juni lalu. Pentagon berencana menginvestasikan sejumlah dana untuk pengembangan chip “otak” yang memungkinkan manusia selalu terhubung dengan komputer. Chip itu memungkinkan terciptanya sistem kecerdasan buatan (AI) supercanggih yang dipakai di beragam teknologi otonom, seperti pesawat, mobil, dan alat medis.

Meski begitu tidak berarti kecerdasan buatan mengambil alih kegiatan manusia. “Sebaliknya, manusia dan artificial intelligence akan saling melengkapi,” kata Laura Hass, ilmuwan komputer dan direktur Penelitian IBM Research Accelerated Discovery Lab. Menurut dia, AI akan menjadi mitra manusia yang andal, mirip Data, robot Android dalam serial televisi Star Trek: The Next Generation.

Selama ini, banyak orang khawatir akan masa depan robot yang berpotensi memperbudak manusia. Itu karena kemampuan robot dapat melampaui manusia dalam banyak hal, seperti melakukan penghitungan matematika secara cepat. Hanya, menurut Hass, dominasi ini lebih bermanfaat kalau diarahkan ke ranah big data.

Big data terus berkembang setiap hari. Setiap hari, data global yang dibuat saat ini suda mencapai 2,5 eksabita (1 eksabita setara dengan 1 miliar gigabita). “Setiap sembilan tahun besaran data ini berkembang dua kali lipat, dan saat ini 90 persen data dari seluruh dunia sudah terkumpul,” ujar Hass seperti dikutip laman Daily Mail.

Dalam kompetisi pada bidang pengolahan semua informasi tersebut, Haas mengatakan, komputer memang belum bisa disaingi. Dia berseloroh, “Kecerdasan buatan bahkan bisa mendeteksi kehadiran ‘malaikat maut’.” Saat ini AS juga sudah mengembangkan komputer kuantum yang kemampuannya berlipat ribuan kali daripada komputer konvensional berbasis chip silikon.