Belanja Iklan Digital Hampir Rp 1.000 T di AS, di Indonesia ….

xxx
Satu tampilan iklan di halaman Facebook pengguna.

RAB.com (JAKARTA): Pengiklan membelanjakan US$ 72,5 miliar (sekitar Rp 965 triliun) untuk iklan digital sepanjang 2016 di Amerika Serikat (AS). Jumlah ini meningkat 22 persen dibanding tahun sebelumnya. Raksasa teknologi Google dan Facebook, menurut The Internet Advertising Revenue Report yang dirilis Rabu (26/4), kembali membukukan pendapatan terbesar dari iklan digital. Bagaimana di Indonesia?

Data tentang belanja iklan online tampaknya belum terliput dan terpantau dengan baik di Indonesia. Secara umum Kompas (26/1) memberitakan bahwa media beriklan 60 persen menggunakan TV, 20 persen media cetak, dan sisanya di radio dan digital. “TV dan cetak masih stabil. Porsi belanja iklan digital kini empat sampai lima persen (Rp 7,5 triliun), tapi pemakaian platform ini untuk beriklan tumbuh pesat,” kata Ketua Umum Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia Harris Thajeb saat itu.

Belanja iklan di Indonesia mencapai Rp 150 triliun pada 2016, naik 8 persen dibanding tahun 2015. Kontribusi pertumbuhan belanja iklan terbesar dari sektor industri makanan dan minuman. Sektor penyumbang lain setelahnya adalah sektor otomotif dan kebutuhan kecantikan (kosmetik). “Pada 2015 kondisi industri periklanan kurang bagus. Tahun 2016 industri periklanan membaik,” kata Harris.

Media digital menarik karena pengiklan perorangan yang jumlahnya kian bertambah dan nilai iklannya semakin besar. Walaupun untuk ukuran perusahaan atau pemerintah mungkin tak ada artinya, tapi jumlah ini mestinya cukup menjanjikan karena tren makin hidupnya dunia online khususnya terkait e-commerce di Indonesia. Tren semakin ramai dengan pengiklan perorangan tak lepas dari tumbuhnya berbagai komunitas internet marketing di Indonesia.

Ada yang Rp 200 juta sehari

Sebagai contoh kecil dari pengamatan sebagai pelaku bisnis online, sudah ada pemasar internet lokal yang nilai pembayarannya ke Facebook sudah mencapai Rp 200 juta untuk sekali beriklan dalam sehari. Marketer tergolong sukses yang konon pendapatannya sudah miliaran rupiah  per bulan ini terus beriklan secara rutin untuk mempertahankan dan meningkatkan pendapatannya. Dan memang cara inilah yang harus terus dilakukan.

Kelas pemain di bawahnya yang jumlahnya ribuan orang, pengeluaran iklannya dari puluhan ribu rupiah per hari sampai belasan juta rupiah per hari. Di satu komunitas internet marketing saja, yang anggotanya lebih dari 2.000 orang, pendapatannya dari satu produk sudah mencapai sekitar Rp 2 miliar per bulan. Pencapaian angka ini sangat disumbang pembelanjaan bisa jadi hingga ratusan juta rupiah untuk beriklan ke situs web seperti Facebook dan Google.

Hal ini karena mengiklan, khususnya di Facebook, bisa dilakukan dengan sangat tertarget dengan pemilihan profil calon pembeli yang disasar. Dengan kecanggihan algoritma Facebook, iklan yang diluncurkan bisa ditampilkan langsung di halaman Facebook setiap orang yang ditarget sesuai profil yang diinginkan pengiklan. Misalnya jenis kelamin pria, umur 18 sampai 35 tahun, pemakai iPhone7, mobilnya merek X, tinggal di Bintaro, suka olahraga, dan sebagainya.

Pertumbuhan belanja iklan digital ini tentu cukup menggembirakan karena secara tidak langsung menunjukkan adanya peningkatan aktivitas perekonomian nasional dan lokal. Hal ini lepas dari belanja iklan tersebut menjadi pemasukan dari perusahaan global yang saat ini pajaknya sedang dikejar oleh pemerintah Indonesia. Soalnya kini bagaimana produsen barang dan jasa lokal juga bisa menikmati keuntungan lebih besar karena pasarnya sekarang terbuka sangat luas.

surpass

Porsi digital naik tapi ..

The Internet Advertising Revenue Report menekankan migrasi konsumen dari media tradisional, seperti televisi, ke platform online dan smartphone. Perubahan ini membuat perusahaan digital bersaing memperebutkan porsi belanja iklan yang lebih besar ini. Namun bagaimanapun, iklan digital dan televisi bukanlah perbandingan yang sepadan.

Analis Pivotal Research Group menulis, walau iklan digital mengguyur deras, sebanyak US$ 69 miliar masih dibelanjakan di iklan televisi Amerika pada 2016, sehingga iklan digital tidak mengambil porsi sebanyak perkiraan analis. “Pengiklan umumnya mengalokasikan anggaran digital ke iklan video dan unit-unit lain tanpa perlu berimbas pada belanja televisi atau lainnya,” demikian ditulis analis tersebut.

Peningkatan belanja iklan ini, yang didominasi lagi oleh Facebook dan Google, terjadi ketika pemasang iklan makin hati-hati tentang di mana iklan mereka akan muncul secara online dan bagaimana efektivitasnya bagi penjualan mereka. Facebook dan Google menyumbangkan 99 persen pertumbuhan industri ini. Artinya, menurut Pivotal Research, pendapatan iklan hampir setiap orang lain di ekosistem digital landai atau menurun dibanding tahun lalu.

YouTube sedang dilanda boikot iklan di video mereka setelah beberapa perusahaan, seperti Verizon Communications Inc dan Johnson & Johnson, menemukan munculnya iklan mereka berdampingan dengan konten ekstremis dan kebencian. Tahun lalu juga menunjukkan Facebook mengakui serangkaian kesalahan pengukuran terkait dengan data yang diberikan kepada pengiklan ihwal jumlah orang yang menonton iklan video mereka.