Bordil Boneka Seks Bermunculan di Eropa, PSK Tak Khawatir

Satu perusahaan Jepang mengembangkan pembuatan boneka seks dengan mata dan kulit yang semirip milik  manusia. Harga boneka seks berbahan silikon ini sekitar 19 juta rupiah. (dailymail.co.uk)
Satu perusahaan Jepang mengembangkan pembuatan boneka seks dengan mata dan kulit yang semirip milik manusia. Harga boneka seks berbahan silikon ini sekitar 19 juta rupiah. (dailymail.co.uk)

RAB.com (JAKARTA): Bordil boneka seks kini mulai tersedia di Dortmund, Jerman menyusul  Barcelona, Spanyol, yang sejak Februari lalu sudah lebih dulu ada. Penyewaan jasa boneka seks bernama Bordoll dan Lumidoll seharga 75 euro (Rp 1,2 juta) per sesi itu memicu pertanyaan apakah bisnis prostitusi akan kehilangan pelanggannya.

“Boneka seks tidak akan menggantikan wanita sungguhan,” kata salah satu wanita pekerja seks komersial (PSK) menepis kekhawatiran terkait tumbuhnya jasa boneka seks di mancanegara ini. “Karena boneka seks hanya mainan seks,” ujar wanita, yang tak mau disebutkan namanya ini, saat diwawancara Daily Star Online.

Menurut dia, lelaki selalu mencari wanita sungguhan untuk berciuman dan berhubungan intim. Setiap orang memiliki fantasi seksual berbeda, sehingga boneka seks dianggap tak akan mempengaruhi bisnis prostitusi. “Ini (boneka seks) hanya tambahan untuk pasar seks komersial,” katanya.

Sedangkan Asosiasi Profesi Seks berpendapat, jasa seksual yang diberikan wanita asli tidak dapat digantikan oleh boneka seks. Keduanya memberikan pelayanan fisik berbeda. “Mereka tidak mendengarkan atau membelai anda, tidak menghibur atau menatap  anda. Mereka tidak ngobrol atau minum segelas sampanye bersama anda,” ujar salah seorang dari asosiasi itu.

Seorang wanita panggilan yang bekerja di Lumidolls menganggap boneka seks sebagai pelengkap. Ia berujar, boneka seks bisa membantu klien yang canggung untuk mengekspresikan dirinya. Laki-laki akan merasakan fantasi yang berbeda lantaran terbatasnya kemampuan wanita sungguhan untuk melayaninya. Sedangkan boneka seks, menurutnya, tak memiliki batasan.

Mengutip Bustle.com, Sarah Valverde yang meneliti pada 2012 mendapati bahwa rata-rata pria yang memiliki boneka seks berusia 40-65 tahun.

Pelanggan datang lagi

Pengelola Bordoll, yang ada di satu ruas jalan di Dortmund, Evelyn Schwarz, mengatakan sebagai awalan bisnisnya menyediakan 11 boneka silikon. “Masing-masing dengan berat 30 kilogram memiliki nama dan unik kecantikannya,” tuturnya seperti dikutip laman independent.co.uk.

Evelyn mengimpor boneka seks itu dari Asia dengan harga hampir 2.000 euro (sekitar Rp 20 juta) per boneka. Dalam situs Bordoll, dijelaskan bahwa boneka itu berkualitas sangat tinggi. Bordoll pun diklaim “selalu bersedia” dan “tidak rumit”. “Para (boneka) wanita itu adalah wanita impian yang nyata,” klaim situs itu.

Ke-11 boneka itu disebut sebagai wanita hidup sesungguhnya yang ramping dan memuaskan fantasi dengan spesifikasi lengkap, dari warna rambut hingga ukuran tubuh. Selain itu, pelanggan dapat membawa pakaian untuk dikenakan pada boneka tersebut. Schwarz menjelaskan, setiap boneka rata-rata dipesan 12 kali dalam sehari oleh para lelaki dari beragam usia di wilayahnya.

Ada satu boneka bernama Anna yang harus diganti karena dirusak oleh salah satu pelanggan. Dia juga mengklaim 70 persen pelanggannya datang lagi. Padahal, katanya, mereka memiliki istri yang ternyata toleran, termasuk bersedia menunggu sang suami menyalurkan hasratnya dengan boneka seks.

Meski boneka seks ini berbeda dengan robot seks yang dapat bergerak, berbicara, dan merespons dengan sentuhan, etika hubungan intimnya dapat dikatakan cukup mirip. Hal itu diungkapkan penulis Love and Sex with Robots, David Levy, yang juga menyatakan, robot seks memberikan sejumlah manfaat positif.

Misalnya, membantu orang berstatus lajang yang kesepian dan tak bisa menjalin hubungan romantis dengan lawan jenisnya. “Saya tidak melihat sesuatu yang salah dari sudut pandang etis berhubungan seks dengan robot,” katanya kepada Time seperti dilansir laman tempo.co.