Cegah Hubungan Seks di Usia Dini, Tekan Kanker Serviks

Hampir semua kejadian kanker serviks terbukti disebabkan oleh HPV.
Hampir semua kejadian kanker serviks terbukti disebabkan oleh HPV.

RAB.com (JAKARTA): Sebagian besar penderita kanker serviks pernah melakukan hubungan seksual dan tertular virus itu pada usia muda saat sel-sel serviks serviks nya masih sangat rentan terhadap perubahan sehingga akan lebih mudah berubah menjadi sel-sel kanker pada masa selanjutnya. Penderita kanker serviks di Indonesia terbanyak kedua di dunia.

“Kemungkinan wanita yang tidak pernah berhubungan seks terkena kanker serviks sangat sangat kecil. Jadi hubungan seks pada usia dini sangat berpengaruh untuk terjadi kanker. Makanya dianjurkan untuk tidak terlalu dini saat berhubungan seks,” kata dr Nasdaldi ahli ginekologi dan onkologi RS Kanker Dharmais di tayangan Kompas TV, pada Minggu (11/6).  

Nasdaldi mengatakan di atas 55 persen kanker serviks terbukti disebabkan oleh HPV (human papilloma virus). Wanita yang kena virus ini, kata dia, menyebabkan perubahan pada sel-sel serviksnya sehingga terjadi pra-kanker yang disebut displasia. Susahnya, lanjut dia, kondisi displasia yang derajatnya bisa ringan, sedang, dan berat ini biasanya tanpa gejala yang jelas.

“Yang derajat ringan bisa berkembang menjadi sedang atau menjadi normal. Yang sedang bisa menjadi berat atau menjadi ringan lagi atau bahkan normal,” ujar Nasdaldi menambahkan gejala paling sering adalah terjadi perdarahan saat sanggama atau kalau sudah lanjut sekali adalah perdarahan spontan.

Berbagai gejala yang merupakan indikasi kemungkinan adanya kanker, kata dia, mulai dari keluar cairan dari vagina yang tidak normal,
tinja berdarah, mens tidak teratur, pusing dan kelelahan, muncul darah seperti mens, berat badan turun, nyeri perut, perdarahan pada vagina, hingga perdarahan setelah menopause (henti haid).

Nasdaldi mengatakan sebagian sel kanker tumbuh cepat dan sebagian mati sehingga menimbulkan bau busuk. Sel mati ini, lanjut dia, juga menimbulkan merangsang keputihan yang berbau. “Tapi saat sudah ada keputihan berbau dengan riwayat perdarahan saat sanggama itu biasanya sudah terlambat,” ujarnya menambahkan gejala ini biasanya muncul menjelang stadium 2.

Terbanyak kedua di dunia

Berdasarkan data kesehatan, sampai saat ini ada 21.000 kasus kanker serviks di Indonesia. Sampai 2014 terdapat 92.000 kasus kanker yang menyebabkan kematian dan 10% dari jumlah kematian adalah akibat kanker serviks. Indonesia merupakan negara terbanyak kedua di dunia dalam jumlah penderita kanker serviks.

Terkait peringkat kedua terbanyak di dunia, WHO menyatakan di Indonesia kanker serviks ini kurang deteksi dini. Saat ini perempuan usia muda 21-22 tahun sudah ada yang menjadi penderita kanker serviks. Kanker yang ada di leher rahim yang berfungsi sebagai pintu masuk menuju rahim dari vagina ini menjadi pembunuh nomer satu bagi perempuan Indonesia.

Penanganan kanker yang termasuk jenis padat ini, kata Nasdaldi, biasanya adalah tindakan pembedahan. “Kapan pembedahan dilakukan untuk kanker serviks ada kaidah-kaidahnya. Umumnya pembedahan dilakukan pada stadium yang lebih awal. Kenapa? Karena kita yakin dengan pembedahan itu kankernya akan bersih,” ujarnya menambahkan pembedahan dilakukan pada kanker padat apapun seperti payudara, rahim, serviks, ovarium, dan usus.

Soal pencegahannya, Nasdaldi mengatakan saat ini sudah ada vaksin untuk pencegahan terhadap infeksi HPV. Sama dengan vaksinasi untuk BCG, polio, atau TBC, lanjut dia, tujuannya supaya anak atau orang yang divaksin tidak terkena penyakit itu. Tapi bukan berarti juga orang yang sudah terkena kanker diberikan vaksinasi akan menjadi lebih baik.

“Vaksin tidak ada gunanya kalau sudah terkena kanker. Vaksin itu mencegah apabila si perempuan berhubungan seksual dengan pasangan yang membawa virus, daya tahannya kuat untuk menahan virus agar tidak terinfeksi. Vaksin itu gunanya untuk meningkatkan daya tahan terhadap virus tertentu,” paparnya.

Terkait pencegahan ini, Nasdaldi menyarankan agar perempuan meluangkan waktu untuk pemeriksaan ke dokter spesialis. Dari pemeriksaan awal ini,  tambahnya, dokter akan menyarankan ke pemeriksaan selanjutnya bila menemukan sesuatu yang aneh. “Lakukan vaksinasi bagi yang belum terdeteksi mengalami gejala kanker serviks, termaduk kepada anak perempuan.”

Sejak usia 9 tahun

Menambahi informasi, dr Asih Yuliati dari RS Mitra Keluarga Cibubur mengatakan kanker rahim tidak disebabkan air es, soda, air kelapa, mentimun, dan keramas saat haid seperti disebut di pesan broadcast  yang viral di media sosial (medsos). “Kanker rahim disebabkan oleh hubungan suami istri berganti-ganti pasangan,” ujar perempuan yang dokter spesialis THT ini meluruskan. .

Saat ini, tuturnya, sudah ada vaksinasi untuk mencegah serangan virus HPV. Vaksinasi pada anak perempuan sebanyak 3 kali secara berurutan dalam satu jangka waktu itu, lanjut alumnus FK UNS yang akrab dipanggil Anis ini, bukan baru bisa mulai setelah menstruasi pertama. “Tapi sejak anak perempuan berusia 9 tahun sudah mulai bisa divaksinasi.”

Anis mengatakan ada dua tipe vaksin HPV: satu hanya untuk wanita untuk mencegah kanker leher rahim. Yang lainnya bisa untuk pria dan wanita. Anis menyatakan harapannya agar nanti vaksinasi HPV menjadi program nasional sehingga gratis. “Sekarang kan fokusnya ke situ sehingga biasanya pemerintah akan menjadikan vaksinasi virus HPV sebagai prioritas.”

Untuk yang sudah ibu-ibu, kata dia, vaksinnya sama. “Cuma harus pap smear dulu, untuk tahu sudah ada atau tidak bibit kanker serviksnya. Karena kalau sudah ada bibit kankernya buat apa divaksinasi. Makanya lebih dini divaksinasi lebih baik karena belum aktif secara seksual,” ujarnya menambahkan peminat vaksinasi termasuk orangtua yang ingin memvaksin anaknya datang saja ke dokter spesialis kandungan (SpOG).

Angka pencegahan atau keberhasilan vaksinasi pun tinggi. Hampir 100% pada perempuan sejak usia dini yang divaksinasi, “Sedangkan pada  ibu-ibu yang divaksinasi angkanya lebih rendah,” ujarnya tanpa menyebut berapa persen tingkat keberhasilannya dalam mencegah kanker serviks pada usia wanita yang sudah aktif secara seksual atau menikah.

Soal kisaran biaya, Anis menginformasikan dengan vaksin Cervarix sekitar Rp 1,5 juta untuk tiga kali penyuntikan. Kalau vaksin Gardasil yang juga bisa diberikan untuk bapak-bapak biayanya lebih mahal dengan cakupan virus lebih luas. “Sering ada promo vaksin. Langsung bayar untuk tiga kali suntik senilai Rp 1,4 juta,” ujarnya menambahkan bahwa biaya untuk vaksinasi  lebih murah daripada kalau sudah kena kanker baru berobat.

Saksikan penjelasan dr Nasdaldi:

http://https://youtu.be/1eRbA01otT8