UEA dan China Bangun Pusat Simulasi Koloni Mars

xxxx
Dubai membangun  ‘Mars Science City’ di padang pasir. (mirror.co.uk)

RAB.com (JAKARTA): Uni Emirat Arab (UEA) berencana membangun satu kota di tengah padang pasir untuk melakukan simulasi kehidupan di planet Mars. Projek ini diperkirakan bakal menelan biaya sebesar sekitar Rp 1.8 triliun. Sementara China juga sudah memulai kegiatan membangun kota yang mirip di wilayahnya pada November 2016.

Projek yang diberi nama “Mars Science City” ini dijabarkan dalam pertemuan pemerintah Uni Emirat Arab dua pekan lalu. Pemerintah akan membangun asrama superbesar dengan luas sekitar 600.000 meter persegi. Kota ini akan dihuni para peneliti yang akan melakukan penelitian terkait kebutuhan makanan, air dan energi di sebuah planet selain bumi.

Uni Emirat Arab berharap dapat menyelesaikan pembangunan replika kehidupan Mars secara total dalam 100 tahun mendatang. Perdana Menteri Uni Emirat Arab, Sheikh Mohammed bin Rashid, mengatakan negaranya adalah negara hebat yang memiliki visi dan memahami tantangan yang dihadapi saat ini.

“Kami percaya pada potensi penjelajahan ruang angkasa, dan kolaborasi dengan rekan serta pemimpin global untuk memanfaatkan penemuan dari penelitian dan tren ini demi memenuhi kebutuhan manusia serta meningkatkan kualitas hidup di bumi,” kata Rashid menambahkan menempatkan manusia di planet lain merupakan hal yang sudah lama diimpikan oleh semua orang.

“Tujuan kami adalah menjadi pelopor bagi dunia untuk mewujudkan impian tersebut,” tandasnya.

Projek ini merupakan bagian dari Mars 2117 Strategy, yang merupakan sebuah program yang digunakan untuk mengembangkan kompleks hunian bagi manusia di Mars. Kompleks ini akan dihuni sekitar 600.000 orang dilengkapi fasilitas suplai oksigen dan sarana transportasi dalam kota.

Desa Mars China

Uni Emirat Arab bukanlah satu-satunya negara yang berencana mengirimkan manusia untuk tinggal di luar angkasa. Pemerintah China sudah mulai membangun satu lokasi simulasi kehidupan manusia di Mars di Provinsi Qinghai, dataran kering di bagian utara negara itu pada November lalu.

Projek besar dan ambisius “Desa Mars” ini merupakan persiapan melakukan kolonisasi di Planet Mars. Projek besar ini diperkirakan menelan biaya sekitar $61 juta (Rp815 miliar). Menurut cetak biru yang dilansir pada dua pekan lalu, Desa Mars yang akan memiliki luas sekitar 95.000 kilometer persegi ini akan dibangun di ujung barat laut dataran itu.

Harian resmi Xinhua, edisi Rabu, 6 September 2017, melaporkan para ilmuwan dan pejabat pemerintah telah bertemu terkait pelaksanaan pembangunan desa ini. Direktur Eksplorasi Bulan dan Luar Angkasa, Liu Xiaoqun, mengatakan projek di provinsi dengan produk domestik bruto terendah kedua di China ini bersifat eksplorasi ilmiah dan pariwisata.

Tepatnya di lokasi cekungan Qaidam yang kering dan memiliki kontur tanah berbatu dan mirip dengan kondisi geografi di Planet Mars. Kawasan ini akan didesain menjadi pusat turis bertema Mars dan terbuka untuk publik. Sejumlah simulasi eksplorasi ilmiah yang ditampilkan akan memberikan sensasi tersendiri bagi para turis mengenai seperti apa rasanya tinggal di lingkungan Mars.

Liu, pada acara Akademi Sains Cina baru-baru ini, tidak detil mengungkapkan kapan Desa Mars ini akan mulai beroperasi. “Saya berharap ini akan menjadi pusat penelitian ilmiah dan edukasi bagi publik,” kata Liu seperti dikutip South China Morning Post, edisi Rabu, 6 September 2017.

Program banyak negara

Pembangunan pusat simulasi Mars ini merupakan kelanjutan dari rencana pemerintah Cina untuk mengirim misi pesawat luar angkasa tak berawak ke Mars pada 2020. Kegiatan sudah dimulai sejak November 2016 yang ditandai penandatanganan kerja sama pemerintah daerah Haixi dengan Chinese Academy of Sciences untuk menggunakan lahan di sana.

“Pembangunan pusat simulasi Mars sangat penting secara ilmiah dan ekologi,” kata Zhang Biao, wakil walikota Delingha. Dia berharap pusat simulasi Mars ini bakal mendongkrak perekonomian di wilayah ini. Meskipun terkenal kayak dengan berbagai sumber daya alam, Provinsi Qinghai ini relatif kurang berkembang dibandingkan daerah pantai China.

Sejumlah negara telah mendirikan pusat simulasi Mars guna mendukung upaya mengirimkan tim eksplorasi ke Mars. NASA pada 2015 mengisolasi enam peneliti tinggal di habitat ala Mars di satu pulau di Hawaii selama setahun. Sedangkan sekelompok relawan termasuk satu warga China telah tinggal di satu pesawat luar angkasa di Moskow selama 520 hari pada 2010-2011.

Berbagai skenario terkait ancaman, hambatan, dan bahaya disimulasikan dalam masa durasi 520 hari yang dibutuhkan untuk mencapai Mars dan kembali ke bumi. Sedangkan dari swasta, SpaceX, satu perusahaan transportasi luar angkasa di Amerika Serikat, juga menyiapkan rencana untuk mengatur planet merah tersebut agar dapat dihuni.