Ekonomi Indonesia Kena Dampak Bila Perang Korea Meletus

Donald Trump dan Kim Jong-un. (trofire.com)
Donald Trump dan Kim Jong-un. (trofire.com)

RAB.com (JAKARTA): Krisis politik antara Korea Utara (Korut) dan Amerika Serikat (AS) diperkirakan bakal berdampak buruk terhadap ekonomi Indonesia. Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan jika terjadi perang antara (AS) dan Korut skala konfliknya akan meluas karena kemungkinan akan melibatkan negara sekutu keduanya.

Keterlibatan negara sekutu, tuturnya, berakibat terjadinya perang dunia yang berdampak pada perdagangan global. “Gangguan pada perdagangan global itu secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada perekonomian Indonesia yang masih mengandalkan komoditi bahan mentah,” kata Reza.

Meskipun Indonesia berada pada posisi netral dalam konflik itu, lanjutnya, perang tetap akan mengganggu perdagangan Indonesia. “Karena neraca perdagangan Indonesia lebih banyak mengandalkan pasar dari konsumen Tiongkok dan AS. Selain itu, perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Korea Selatan pasti akan terganggu.

Reza mengatakan itulah imbas krisis secara tidak langsung krisis Korea sektor riil. Selain itu, kata dia, perang antara Korut-AS, akan membuat pasar saham di Indonesia anjlok. “Akan terjadi aksi jual saham besar-besaran atau capital outflow di Indonesia,” katanya seperti dikutip laman tempo.co pekan lalu. Hal ini, imbuh dia, tidak cuma terjadi di pasar bursa Indonesia.

Pada semua bursa akan terjadi capital outflow karena pelaku pasar pasti akan mengamankan posisinya. Reza tidak melihat dampak positif apapun bagi ekonomi Indonesia jika perang benar terjadi. Sebab Indonesia masih bergantung kepada negara lain untuk banyak komoditi yang dibutuhkan untuk perang seperti mesin. “Target pasar Indonesia malah yang hilang,” kata dia.

Dikutip dari Business Insider, Indonesia dan Korea Utara memiliki hubungan dagang. Impor Korea Utara dari Indonesia mencapai UUS$ 1,41 juta pada tahun 2015. KomoditI yang paling banyak diimpor adalah residu sayur yaitu sebesar 42 persen dengan total impor senilai US$ 597.000.

USS Ronald Reagan, supercarrier bertenaga nuklir. (Kyodo/via Reuters)
USS Ronald Reagan, supercarrier bertenaga nuklir. (Kyodo/via Reuters)

Kecam imperialis dan boneka 

Rezim Kim Jong-un di Korea Utara telah berulang kali merespons operasi militer AS di Semenanjung Korea dengan peluncuran rudal balistik. Pekan lalu rezim komunis ini mengecam tentara AS yang berlatih perang dengan militer Korea Selatan di perairan Semenanjung Korea.

“Pasukan imperialis Amerika dan boneka Korea Selatan tampak semakin ngotot melakukan manuver perang terhadap DPRK (Democratic People’s Republic of Korea),” demikian pernyataan yang dilansir media resmi Korea Utara, KCNA, seperti dilansir media Express, Minggu (22/10).

KCNA juga dilaporkan menyatakan, ”Para penyuka perang dari angkatan laut boneka Korea Selatan mengumumkan dalam acara Komite Pertahanan ‘National Assembly’ pada 19 Oktober bahwa mereka akan menggunakan helikopter Apache dari Divisi 2 pasukan imperialis agresor Amerika dalam latihan operasional gabungan.”

”Adapun pasukan darat Amerika dilaporkan semakin serius melakukan latihan untuk perang darat di dalam terowongan di bagian utara dan bersiap untuk perang jalanan serta melengkapi pasukannya dengan peralatan baru.” Respons KCNA ini muncul setelah pesawat pengebom supersonik B-1B Lancer mempertontonkan kekuatannya.

Pesawat supersonik pengebom strategis B-1B melintasi wilayah udara Korea Selatan sebagai bagian latihan gabungan militer AS dengan Korea Selatan sejak Senin. Pengebom itu beberapa hari kemudian juga terlibat  dalam kegiatan pameran Aerospace and Defence Exhibition (ADEX) 2017. Acara pameran senjata ADEX Korea Selatan ini ditutup pada Sabtu pekan lalu.

“Kedua pesawat pengebom terbang sangat rendah sehingga bisa terlihat jelas oleh para pengunjung pameran. Raungan mesin pesawat dan getarannya begitu terasa sehingga membuat para penonton merasa tercekam,” kata seorang pejabat kementerian Korea Selatan.

Penerbangan ini terjadi hanya sebelas hari setelah pesawat yang sama melakukan manuver malam di pesisir pantai timur dan barat Korea Selatan sebagai unjuk kemampuan terhadap militer Korea Utara. Kedua pesawat pengebom itu terbang dari Pangkalan Udara Anderson Air Base di Pulau Guam.