RAB.com (JAKARTA): Keikutsertaan Presiden Jokowi dalam kejuaraan panahan di Bogor menjadi aksi terbaru. Keikutsertaan RI 1 dalam rangka mendorong dan memotivasi atlet cabang olahraga yang pernah meraih medali emas di Olimpiade ini tak terhindarkan juga jadi bernuansa lain saat disebut soal ihwal jangan menyalahkan angin.
Konteksnya, ibarat pemanah, Presiden dan birokrasi yang dipimpinnya perlu fokus. Jangan sampai program yang laksana anak panah yang melesat dari busur Presiden itu melenceng dari papan target yang sudah ditandai dengan lingkaran dan bulatan biru-kuning itu, akibat tak fokus atau banyak halangan.
“Apa pun hambatan selalu ada , tetapi ya jangan menyalahkan angin,” kata Jokowi saat mengomentari hasil yang dicapainya seperti dikutip koran Kompas edisi Senin (23/1). Sebelumnya Presiden menyinggung kerinduan akan prestasi di olahraga panahan bahwa setiap kegiatan mesti ada targetnya “Harus fokus betul dan konsentrasi. Nah panahan ini targetnya jelas, kuning pas di tengah,” kata Presiden.
Ujaran Presiden ini tampaknya juga pas dengan kondisi sosial-politik mutakhir di tanah air yang diharu-biru berbagai masalah. Sejak radikalisme, penyebaran informasi hoax, penggunaan isyu agama dalam pemilihan kepala daerah, hingga cuitan mantan presiden yang mengeluh pada Tuhan tentang para penyebar hoax yang berkuasa dan meraja lela.
Pesan yang ingin ditegaskan diperkuat jawaban Presiden seusai mengikuti lomba panahan bahwa pemerintah terus memerangi hoax. Saya kira, kata Presiden, sudah lama kita bertarrung dengan yang namanya kabar bohong. Dan kita bertarung terus menerus.” di Lapangan Pusdikzi, Bogor, Minggu.
Jokowi mengajak seluruh masyarakat menumbuhkan budaya baru, yaitu santun dalam berucap di mana pun. Dia juga meminta agar warga masyarakat tidak menyebar kabar fitnah. Tak hanya di Indonesia, tambahnya, pemerintah di seluruh dunia pun menghadapi masalah yang sama.
“Saya kira kita berhadapan dengan masalah keterbukaan ini ya seperti itu. Ya kita hadapi karena semua negara juga menghadapi. Nggak perlu banyak keluhan ya,” tandas Jokowi.
Pada kejuaraan panahan itu Presiden meraih skor 107 yang ada di urutan ke-21 dari 30 peserta nomer 20 meter Eksekutif. Rata-rata tiap bidikan anak panah Presiden skornya 2,97. Jauh di bawah legenda panahan Indonesia Rusena Gelanteh (332) yang peraih perak tim putri di Asian Games Hiroshima 1994, ataupun Nurfitriyana (323) yang peraih perak tim putri di Olimpiade Seoul 1988.
Persiapan Presiden sebelumnya tak main-main. Sejak September 2016, akun resmi Presiden di Youtube dihiasi video latihan memanah. Di awal masa latihan telunjuk Presiden lecet sehingga oleh Kaesang Pangarep, putra bungsunya, ditutupi plester. Kaesang pun dalam vlog-nya pun menayangkan ujaran Presiden tentang sisi filosofis olahraga panahan.