Jokowi: Setelah Infrastruktur, Mulai Membangun Sumberdaya Manusia

Pengembangan sumberdaya manusia harus dilakukan dengan detil untuk menghadapi persaingan global.
Pengembangan sumberdaya manusia harus dilakukan dengan detil dan fleksibel untuk menghadapi persaingan global.

 

RAB.com (JAKARTA): Presiden Joko Widodo mengatakan tahapan berikutnya yang harus segera dimulai adalah pembangunan sumberdaya manusia (SDM).  Tahapan ini harus dilakukan secara detil dan baik dengan mengubah institusi pendidikan dari sekolah menengah kejuruan (SMK), sekolah tinggi, hingga universitas dengan membuka jurusan dan fakultas secara lebih fleksibel.

“Penting sekali setelah infrastruktur sudah mulai dikerjakan dan ada yang sudah selesai, tahapan berikutnya yang harus kita mulai adalah pembangunan sumber daya manusia. Ini wajib dan harus benar-benar dilakukan secara detil dan baik untuk persiapan menghadapi persaingan global,” kata Presiden dalam sambutan pembukaan Rapat Pimpinan Nasional I Partai Hanura Tahun 2017.

Menurut Presiden ada sejumlah hal terkait institusi pendidikan yang tidak bisa lagi dilakukan sekadarnya. Presiden menyebut pendidikan vokasional, training-training keterampilan, serta perguruan tinggi dan universitas yang pendekatan dan kiprahnya monoton, rutin, dan linier seperti sekarang. “Kita harus berani mengubah semuanya.”

Di SMK, tuturnya, sudah berapa puluh tahun hanya ada jurusan bangunan, mesin, listrik meskipun dunia sudah berubah. Mestinya jurusan-jurusan ini juga harus diganti sesuai dengan perubahan yang ada. “Bisa saja di situ ada jurusan animasi, video, ritel, mekatronika. Kenapa tidak, karena memang dunia sudah berubah.”

Juga di perguruan tinggi dan universitas yang sudah puluhan tahun jurusan yang ada hanya itu-itu saja: ekonomi, hukum, sospol. Kita tidak pernah berani detil masuk ke hal-hal yang dibutuhkan saat ini dan terlalu rutinitas meskipun perubahan-perubahan ini sangat cepat sekali. Presiden mencontohkan industriawan Elon Musk yang sudah bicara masalah mobil listrik Tesla dan space age.

“Kita belum mengubah perguruan tinggi kita. Mestinya fakultas-fakultas mulai masuk ke hal-hal yang dibutuhkan oleh masyarakat, pasar, dan negara,” ujar Presiden seraya menyebut sampai saat ini tidak ada fakultas HR (human resources) management, fakultas logistik, fakultas retail platform, fakultas khusus tentang packaging, fakultas tentang e-sport, dan fakultas green building.

Bisa ditinggal zaman

Karena kondisi sudah berubah dan kita tidak mau berubah, kata Presiden, maka sangat berbahaya sekali karena kita akan kalah dalam persaingan global. “Kalau kita hanya berkutat pada rutinitas dan berkutat pada hal-hal linier tidak berani melakukan terobosan-terobosan bisa kita betul-betul ditinggal oleh zaman. Kalah dalam persaingan global.”

Presiden mengingatkan perubahan-perubahan itu mau tidak mau harus dihadapi dengan sebuah mindset atau pola pikir baru, sehingga setiap perubahan itu selalu bisa kita ikuti. “Saya selalu menyampaikan kepada menteri agar regulasi yang menghambat dan tidak memberikan kecepatan kita ke depan dihilangkan, hapus dan ganti dengan kebijakan dan regulasi baru sehingga kita fleksibel.”

Dalam soal pengembangan sumberdaya manusia ini, Presiden sudah menyampaikan kepada Mendikbud misalnya agar memiliki sebuah fleksibilitas sehingga bisa merespon setiap perubahan yang ada. “Pendidikan tinggi harus sangat responsif terhadap perubahan-perubahan yang ada di global atau dunia maupun perubahan yang ada di negara kita.”

Sebelumnya, Presiden menyampaikan bahwa saat ini momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif lebih bagus dibanding negara lain. Selain itu, tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi kepada pemerintah dari hasil survei Gallup Poll dan OECD yang menempatkan Indonesia pada peringkat pertama dunia karena 80% masyarakat percaya pada pemerintah.

Peringkat tersebut di atas Swiss yang 80%, 73% India, disusul Luksemburg, dan negara lainnya. Masyarakat luar memandang kita dan iri terhadap pertumbuhan dan kepercayaan sangat baik yang diberikan oleh masyarakat. “Momentum itu yang harus dimanfaatkan. Jangan sampai di dalam sendiri justru ada pesimisme.”

Oleh sebab itu, Presiden ingin mengatakan kepada semua warga bangsa agar jangan sampai terjebak pesimisme yang dibuat sendiri. “Hati-hati, harusnya yang kita bangun adalah optimisme publik dan masyarakat, bahwa betul-betul harapan ke depan itu kita terus optimis.”

Pembangunan infrastruktur terus

Hal kedua, kata Presiden, pembangunan infrastruktur ke depan akan kita teruskan. Sekarang ini, tuturnya, ada yang sudah selesai ada yang masih dalam proses dan ada yang baru dimulai. Baik pembangunan jalan tol di Jawa di luar Jawa, pembangunan pelabuhan di Jawa dan luar Jawa seperti Kuala Tanjung, Makassar new port, dan yang akan dimulai di pelabuhan Sorong.

Juga pembangunan jalur kereta api di Sumatera dan Sulawesi, pembangunan airport baik yang baru di pulau terpencil maupun perluasan. Semua pembangunan itu, kata Presiden, mempersiapkan daya saing atau competitiveness kita dalam rangka persaingan global yang mau tidak mau harus kita hadapi.

Hal ketiga, lanjut Presiden, ingin menyadarkan pada semuanya bawa perubahan global dan perubahan dunia itu betul-betul nyata sudah ada. Saya mengingatkan pada kita semua bahwa berbagai perkembangan luar biasa terjadi dalam 10 tahun mendatang. Sekarang sudah muncul generasi Y yang dalam 5-10 tahun lagi akan mempengaruhi dan men-drive pasar.

Generasi Y, tuturnya, akan mendorong terjadi perubahan yang sangat besar pada masa transisi ini yang harus diwaspadai. “Mereka nantinya sudah tidak membaca koran dan tidak menonton TV lagi. Pegangannya hanya satu kotak kecil yaitu gadget atau atau smartphone: mau lihat berita klik di situ, nonton film dan TV di situ seperti sekarang sudah ada Netflix. Nanti semua mengarah ke sana.”

Menurut Presiden perubahan-perubahan ini harus disadari hingga akan ada landscape ekonomi baru dan lanscape politik baru di tataran daerah maupun nasional. “Kita semua harus siap menghadapi transisi itu seperti ini karena itulah yang nanti akan men-drive dan mempengaruhi pasar mempengaruhi ekonomi dan mempengaruhi politik.”

Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, mengatakan Presiden membuka Rapimnas Partai Hanura yang berlangsung di Hotel The Stone, 4-5 Agustus 2017, Kawasan Kuta, Kabupaten Badung, Bali. Salah satu agendanya merumuskan kriteria calon wakil presiden pendamping Jokowi dalam pemilihan presiden 2019.

Presiden Joko Widodo dijadwalkan akan menyerahkan sertifikat hak atas tanah program strategis nasional di Lapangan Renon, Kota Denpasar, sebelum melaksanakan Ibadah salat Jumat. Bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Presiden akan mengunjungi Museum Kontemporer Nyoman Gunarsa, Kabupaten Klungkung. Setelah itu, Jokowi akan bertolak kembali ke Jakarta.