RAB.com (JAKARTA): Satu wanita Indonesia meninggal setiap jam akibat kanker serviks. World Health Organization (WHO) berdasarkan data Globocon pada 2012 yang dirilisnya juga memperkirakan setiap hari ada 58 kasus baru kanker serviks. Karena itu pemerintah didesak untuk memasukkan pemberian vaksin HPV (Human Papillomavirus) ke program jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) maupun jaminan kesehatan nasional (JKN).
“Untuk merealisasikan Indonesia bebas kanker, khususnya kanker serviks dalam 10 tahun mendatang, kami mendesak agar pemerintah, baik pusat maupun daerah memasukkan pemberian vaksin HPV ke program jaminan kesehatan di daerah maupun secara nasional,” kata Ketua Umum Working Group on HPV Andrijono saat meluncurkan Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks (KICKS) di Jakarta, Rabu (26/4).
HPV merupakan sejenis virus yang menjadi pemicu berbagai jenis kanker. HPV terdiri dari sekitar 100 tipe. Namun, hanya 20 di antaranya yang sudah diketahui terbukti sebagai pemicu kanker. Di antara ke-20 tipe HPV tersebut, HPV 16 dan HPV 18 yang paling banyak ditemukan di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Selain menjadi tipe virus pemicu kanker, khususnya kanker serviks, kata Andrijono, HPV 16 dan HPV 18 juga menjadi yang paling ganas. “Minimal dua tipe paling ganas HPV 16 dan HPV 18 itu yang kita blok. Kalau kita cegah, sudah 70 persen terlindungi dia. Tipe lain itu nggak begitu ganas, istilah kita HPV16 dan HPV 18 itu beraninya keroyokkan, beberapa tipe bergabung jadi satu, baru bisa jadi kanker, tapi kalau tipe 16 sendirian baru bisa jadi kanker,” kata Andrijono.
Bisa dicegah
Dalam kaitan itu, Ketua Umum Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE Kabinet Kerja) Erni Guntarti Tjahjo Kumolo mengatakan Ibu Negara Iriana Joko Widodo prihatin terhadap tingginya kanker serviks dan payudara di Indonesia. “Ibu Iriana dan Ibu Mufida Jusuf Kalla menginisiasi kami untuk fokus tentang IVA tes. Sehingga lebih banyak lagi wanita-wanita di Indonesia yang bisa melakukan IVA tes,” kata Erni.
Hal itu d(iungkapkan saat mendampingi kunjungan Ibu Negara dalam Aksi Dharma Wanita Persatuan dengan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim (IVA Tes) dan Kanker Payudara (Sadanis) di Gedung Sujudi Kementerian Kesehatan Jakarta, Senin (17/4). Erni, yang juga berprofesi dokter, ini mengatakan kanker leher rahim ini satu-satunya penyakit kanker yang bisa dicegah karena adanya IVA Tes. “Kanker leher rahim atau kanker serviks ini satu-satunya kanker yang bisa dicegah,” katanya dikutip .
Karena itulah, lanjut Erni, Ibu negara, Ibu Mufida dan OASE sering melakukan blusukan ke berbagai daerah untuk memasyarakatkan program OASE KK. Salah satunya adalah memasyarakatkan bidang peningkatan kualitas keluarga dengan fokus sosialisasi IVA tes.
Pada acara sama, Menteri Kesehatan Nila Moeloek menyebutkan bahwa memasyarakatkan program tersebut sangat besar manfaatnya. Terutama karena bisa mengurangi angka kanker payudara dan serviks yang mendominasi kasus kanker pada perempuan di Indonesia. Menurut Menkes, dua jenis kanker tersebut telah menyedot anggaran BPJS Kesehatan cukup besar karena tinggi biaya operasinya, yakni nomor empat dari semua jenis penyakit berbiaya besar versi BPJS Kesehatan.
“Padahal kanker serviks dan payudara bisa dicegah dengan cara yang sederhana dan murah,” kata Menkes seraya mengungkapkan sejak program OASE KK ini digulirkan jumlah perempuan Indonesia yang melakukan IVA tes meningkat pesat. Data Kemenkes pada 2007-2014 yang melakukan IVA tes tidak kurang dari 1 juta orang. “Setelah 2014 mengalami peningkatan 400 ribu dan hingga mencapai angka 2 juta orang hingga saat ini.”