Karya Doktor Termuda ITB Bisa Pangkas Impor Zeolit

grandprx

RAB.com (JAKARTA): Institut Teknologi Bandung (ITB) melahirkan doktor termuda, Grandprix Thomryes Marth Kadja. Karya Grandprix berupa cara baru mengolah material khusus bernama ZSM-5 itu menekan biaya produksi dan energi yang digunakan, serta membuka potensi kemandirian pengolahan bahan zeolit sintesis.

Disertasi yang mengantarkan Gepe, panggilan pendek Grandprix, menjadi doktor termuda di Indonesia itu membahas tentang sintesis material bernama zeolit. Zeolit, lanjut Gepe, merupakan zat yang berfungsi untuk mengubah minyak mentah menjadi bahan bakar.

“Zeolit ini berfungsi untuk mengonversi misalnya dalam industri petromikia mengubah minyak bumi jadi bahan bakar yang berkualitas seperti gasolin yang bernilai oktan tinggi. Namun sebagian besar industri masih banyak memakai produk impor,” kata Grandprix saat ditemui seusai sidang.

“Penelitian ini membuka potensi agar ke depan kita bisa mempunyai kemandirian nasional dalam produksi material zeolit yang penting dalam produksi gasolin kelapa sawit, untuk mengonversi limbah plastik jadi bahan bakar, selain juga dipakai di industri farmasi. Jadi cakupannya luas sekali,” tambah Grandprix

Zeolit merupakan batuan alami yang mengandung sejumlah mineral. Zeolit umum dipakai untuk campuran semen, semen gigi, pasir pengisi bak kotoran kucing peliharaan, maupun penyerap berbagai polutan. Zeolit yang digunakan Grandprix adalah jenis sintesis material alami yang harus diolah dulu untuk mendapatkan bahan kimia khusus untuk industri petrokimia.

Efisiensi produksi

Peneliti lajang kelahiran Kupang, 31 Maret 1993 itu menekuni material zeolit sejak duduk di bangku pendidikan master di ITB pada 2013-2015. “Bahan mentah yang dipakai silika alumina,” ujar Grandprix seperti dikutip tempo.co, Kamis (21/9).

Pengolahan zeolit sintesis itu, kata Grandprix, umumnya memakan waktu empat hari dengan pemanasan di dalam reaktor baja bersuhu 150 derajat Celcius. “Saya dan dosen pembimbing mensintesisnya cukup dengan 90 derajat Celcius,” kata Sarjana Kimia lulusan Universitas Indonesia pada 2013 itu.

Lama proses zeolit sintesis dalam skala laboratorium yang dilakukan Grandprix, berkisar antara tiga hingga empat hari. Dua keunggulan itu memangkas biaya produksi dan energi yang digunakan. Selain itu, Grandprix membuka potensi kemandirian pengolahan bahan zeolit sintesis.

“Pemicu riset ini salah satunya karena sebagian besar industri petrokimia masih mengimpor zeolit,” ujar dia menambahkan dari 50 gram bahan baku yang dipakaiZSM-5 yang diperoleh bisa berkisar 40-45 gram.

Proses pemanasan di laboratorium, Grandprix memakai wadah plastik tahan panas yang dimasukkan ke dalam oven. Metode ini juga menekan biaya karena biasanya reaktor yang digunakan terbuat daru baja agar tahan api mengingat suhu reaksi yang mencapai 150 derajat Celcius.

Pecahkan rekor MURI

Grandprix dinyatakan lulus menjadi doktor termuda dalam sidang tertutup 6 September 2017. Sedangkan sidang terbukanya dihelat pada Jumat, 22 September 2017, di komplek Rektorat ITB, Jalan Taman Sari Bandung. “Setelah ini saya mau melamar jadi dosen di ITB,” katanya.

Mahasiswa S3 Kimia ITB mengukir sejarah baru dalam dunia pendidikan Indonesia lantaran tercatat memecahkan rekor MURI sebagai pemegang gelar doktor termuda di Indonesia. Lulusan S1 Kimia Universitas Indonesia (UI) dan melanjutkan S2 pada program studi yang sama di ITB.

Grandprix mengatakan bahwa ia masuk SD pada umur lima tahun dan lanjut ke kelas akselerasi di SMA sehingga usianya pada waktu masuk kuliah S1 adalah 16 tahun. Lulus S1 di umur 19 tahun, ia melanjutkan S2-nya dengan beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Pekerja keras yang telah menerbitkan sembilan publikasi ilmiah berskala nasional dan internasional ini mengakui bahwa jalannya selama masa penelitian tidak selalu mulus. “Karena proses yang sulit dan memakan waktu. Atau jika ada instrumen analisis yang tidak tersedia atau hasil penelitian yang tidak sesuai ekspektasi,” tambahnya.

Selama studi S3 di ITB, waktu yang ada digunakannya untuk melakukan penelitian secara penuh. Untuk disertasinya, Grandprix mengangkat topik tentang zeolite sintesis, mekanisme, dan peningkatan hierarki zeolit ZSM-5 di bawah bimbingan Dr. Rino Mukti, Dr. Veinardi Suendo, Prof. Ismunandar, dan Dr. I Nyoman Marsih sebagai promotornya.