Kesurupan karena Hal Gaib?

Kesurupan fenomena psikologi atau hal gaib?
Kesurupan fenomena psikologi atau hal gaib?

RAB.com (JAKARTA): Fenomena kesurupan sudah terdengar akrab di telinga. Kesurupan selalu dikaitkan dengan keberadaan mahluk gaib. Pasalnya, orang yang mengalami kesurupan tubuhnya seperti dikendalikan kekuatan dari luar dirinya. Apalagi korban biasanya mengaku telah melihat makhluk dari alam lain ketika ‘tersadar’ dari kesurupan. Benarkah kesurupan berhubungan dengan hal gaib?

Faktanya, kesurupan bukanlah fenomena klenik. Dalam dunia ilmiah, kesurupan disebut dengan histeria. Istilah tersebut mengacu kepada gangguan psikologis di mana tekanan dan konflik batin dikonversi menjadi sakit, nyeri, atau mengalami hilang kendali secara tiba-tiba saat mengekspresikan ingin lepas dari tekanan yang dialami seseorang. Bila kesurupan dialami banyak orang dalam waktu bersamaan maka disebut histeria massal.

“Saat merasa terguncang atau takut, stres, atau cemas, orang mulai bernafas terlalu cepat dan mengembuskan banyak karbon dioksida. Rendahnya kadar karbon dioksida pada tubuh menyebabkan kesemutan, kedutan, mati rasa, bahkan kejang-kejang karena otot terlalu tegang. Gejala tersebut sering terjadi pada korban histeria massal,” kata Gary Small M.D, profesor psikiatri dan direktur UCLA Longevity Center at the Semel Institute for Neuroscience & Human Behavior.

Saat berlebihnya kadar karbon dioksida ditangani dengan hanya bernafas lewat kantong kertas, jelasnnya di salah satu artikel situs psychologytoday.com , berbagai gejala itu dengan cepat akan mereda. Tentang terjadinya histeria massal, Small mengatakan bahwa ketika seseorang mendadak mengalami histeria di keramaian, orang-orang di sekitarnya juga ikut panik, berhalusinasi, serta merasakan gejala fisik seperti orang terkena histeria massal. Inilah yang menerangkan kenapa bisa ada banyak orang terkena histeria massal atau kesurupan.

Mengenai makhluk gaib yang sering dilihat korban histeria massal, Small menerangkan bahwa itu hanya halusinasi saja. Dalam keadaan panik dan ketakutan, terang Gary, seseorang akan cenderung memunculkan gambaran menakutkan dalam benaknya. Dalam buku The Naked Lady Who Stood on Her Head: A Psychiatrist’s Stories of His Most Bizarre Cases yang ditulis Small, terdapat fakta menarik. Ternyata hierarki sosial berpengaruh terhadap “penularan” histeria. Gary pernah meneliti fenomena pingsan dan histeria massal yang dialami 30 anak di sekolah dasar di pinggiran kota.

“Kepala sekolah tersebut menceritakan bahwa kejadian berawal dari histeria seorang anak perempuan yang cukup populer di sekolah itu, lalu akhirnya menyebar ke anak-anak lain yang kebanyakan perempuan,” tutur Gary menambahkan saat sangat terguncang, terlalu stres, dan sangat cemas pikiran bisa membuat tubuh sakit.

Terbanyak remaja perempuan

Lebih nanyaknya wanita yang menjadi korban histeria massal atau kesurupan, salah satu hal yang menimbulkan stigma bahwa secara mental atau emosional, wanita lebih rentan dibanding pria. Sosiolog asal Amerika Serikat, Robert Bartholomew Ph, terkait hal itu mengatakan wanita kerap menjadi korban atau mengalami kesurupan karena dua hal, yaitu faktor biologis dan lingkungan.

Dia mengutip psikiater Francois Sirois asal Kanada yang menyatakan bahwa kesurupan sering terjadi pada wanita karena faktor biologis. Sirois menganalisa 45 kasus histeria massal dari seluruh dunia, dan menemukan bahwa anak-anak perempuan yang memasuki usia pubertas merupakan korban terbanyak histeria mas

“Perempuan yang memasuki usia pubertas mengalami transisi baik secara fisik maupun mental. Pada fase transisi tersebut, mereka sering terkena nyeri psikogenik. Ini adalah rasa nyeri atau sakit yang timbul akibat dari konflik atau tekanan psikologis. Nyeri psikogenik inilah yang menyebabkan kesurupan kerap menyerang perempuan di usia pubertas,” kata Sirois.

Tentang faktor lingkungan, Bartholomew menjelaskan bahwa selain faktor biologis, lingkungan pun dapat memengaruhi kesurupan. “Perempuan lebih sering bekerja di lingkungan kerja yang sama dan cenderung membosankan. Hal tersebut dapat meningkatkan stres dan menyebabkan frustasi. Histeria massal atau kesurupan terjadi akibat frustrasi dan stres yang disimpan dalam pikiran.” paparnya.

Lebih lanjut, Bartholomew menerangkan bahwa kesurupan bukanlah gangguan mental parah yang bakal terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Kesurupan merupakan respons tubuh dan pikiran seseorang terhadap tekanan yang dialami. “Orang tak perlu terlalu khawatir karena kesurupan biasanya berdampak sementara. Namun masih berlanjut dalam beberapa jam, sebaiknya segera ditangani psikiater,” ujarnya.