Pakar Telematika: Foto Firza Husein Diedit tapi Asli

Empat hal soal keaslian content perlu ditelisik untuk memastikan adanya pelanggaran UU ITE dan UU Pornografi.
Empat hal soal keaslian content perlu ditelisik untuk memastikan adanya pelanggaran UU ITE dan UU Pornografi.

RAB.com (JAKARTA): Pakar telekomunikasi dan informatika (telematika) Abimanyu Wachjoewidajat mengatakan foto Firza Husein editan tapi asli. Foto dalam video yang pertama kali diunggah oleh anonymous di Youtube itu sekarang dalam penyelidikan polisi dalam kasus pelanggaran UU ITE dan UU Pornografi.

“Foto ini sudah diedit iya karena ada bagian intim yang ditutupi. Tapi sejauh ini saya tidak melihat foto itu direkayasa, misalnya bagian muka diotak-atik,” kata pria yang akrab disapa Abah itu sambil menambahkan ada beberapa kasus yang jadi satu yaitu: chating benar atau tidak, foto-foto dari mana diperoleh, foto yang jadi content pornografi itu direkayasa atau tidak, serta rekaman suara curhatan dari si wanita.

Sebelumnya, beredar video berisi screenshot percakapan dan dokumentasi foto bermuatan pornografi diduga antara pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab dan Firza Husein pada Ahad (29/1). Video yang konon sudah diblokir di situs milik anonymous oleh Menkominfo itu nyatanya masih bisa dengan mudah diakses karena banyak akun media sosial dan akun Youtube lain yang mengunggah ulang.

Abah mengatakan meragukan yang dikatakan anonymous saat menyebut video yang ditayangkan seluruhnya merupakan percakapan WhatsApp (WA). Tampilannya, lanjut dia, cuma mirip WA tapi tidak persis. Dia mencontohkan chat yang sekarang beredar di Youtube dan situs internet lain ada pembicaraan lalu mendadak muncul foto besar. “Ini bukan WA karena kalau melampirkan foto di wa tampilannya thumbnail (kotak kecil) dan ada border-nya jelas, baik di gadget si pengirim maupun penerima pesan.”

Menurut Abah si pengunggah tampaknya ingin mengesankan tampilan foto besar dalam narasi video itu bagian dari runutan komunikasi dan juga sekaligus ingin dikomunikasikan kepada masyarakat. Ini kalau si hacker tadi masuk ke HP si wanita dan menampilkan isinya.Tapi, paparnya, jadi agak aneh kalau bagian dari runutan komunikasi karena seharusnya yang terlihat kotak kecil tadi dan bukan gambar besar.

 

Abah menduga ada kemungkinan rekayasa terkait tampilan chat ini karena di internet ada aplikasi fake WA. “Sebenarnya banyak sekali software seperti itu yang menirunya ke tampilan ke WA. Kenapa? Karena pengguna WA banyak sehingga aplikasi ini akan populer. Ada banyak, tapi saya tak perlu menyebut namanya karena nanti akan tambah banyak orang yang makin iseng, ujarnya saat diwawancara Kompas TV petang tadi.

Menambahkan soal foto, Abah mengatakan pendekatan antropometri bisa jadi tidak diperlukan karena bisa saja ukuran tubuh seseorang berubah seiring waktu. Menurutnya yang lebih pas adalah membandingkan saja dengan benda-benda yang juga terekam dalam foto Firza. “Cocokkan saja pola tegel di gambar yang ada di tayangan dengan gambar lain yang sudah didapatkan polisi dari lokasi rumahnya.”

Sedangkan rekaman suara itu, menurut Abah, agak aneh karena seperti monolog karena terkesan bicara sendiri dan tak ada respon dari lawan lawan bicaranya. Namun kalau mau dilihat keasliannya, kata dia, juga bukan hal yang sulit karena bisa dicocokkan dengan contoh suara orang yang berbicara yang saat ini sudah ditahan polisi dalam kasus makar.

“Setiap rekaman suara di samping suara orang yang berbicara ada suara latar belakang yang disebut noise. Untuk memastikan keasliannya atau ada potongan atau tidak bisa dilihat. Apabila noise tiba-tiba terputus berarti ada editan pada rekaman suara tersebut,” kata Abah menambahkan suara yang mirip itu bisa diuji  karena tidak bisa meniru  dialek dan gaya bicara. Bahkan bila intonasi sama tetap ada pola seperti frekuensi yang bisa digunakan untuk memastikan dua suara itu identik atau tidak.

 

Kemungkinan bukan penyadapan

Menjawab pertanyaan kemungkinan mendapatkan percakapan itu, Abah menjawab bahwa kalau anonymous benar hacker pasti sudah menyentuh device-nya si wanita yang di-hack. Namanya hacking, lanjutnya, anonymous masuknya ke tengah-tengah antara dua komunikasi. “Jadi dia tidak melihat gambar pria karena sepihak devicenya. Tinggal diperiksa saja gadget-nya.

Tapi Abah menyangsikan anonymous melakukan penyadapan di antara percakapan itu mengingat sekarang pesan WA sudah dienkripsi. “Kalau dia bisa membuka enkripsi dan menampilkan isi WA, ngapain amat nge-hack hanya menyasar kasus ecek-ecek yang hanya kasus fitnah dan pornografi. Kalau benar dia bisa bisa menyadap WA dia bisa bilang ke Pentagon dan bisa menjadi sangat kaya.”

Tapi, kata Abah, kalau tidak rekayasa dan tidak ada penyadapan, kemungkinan besar yang dia lakukan adalah perekaman data dari device yang wanita. “Tinggal nanti ini dibuktikan kebenarannya,” ujarnya menambahkan polisi saat melacak nanti mestinya bukan sekadar HP si wanita disentuh oleh pihak lain, chat ada atau tidak, tapi juga mengecek betulkah ada antaran data lewat perangkat infrastruktur dari penyedia jasa internet (ISP) dan operator seluler.

Dia mengatakan polisi tinggal memanggil empat ahli yang bekerja paralel untuk membongkar kasus penyebarluasan content porno yang kena pasal UU ITE (untuk pengunggahnya) dan UU Pornografi (sosok yang ada di foto). Salah satunya ahli yang punya kompetensi bisa mengakses sampai ke infrastruktur (operator seluler dan penyedia jasa internet atau ISP) terkait transkrip chat dengan memastikan adanya trafik,

Abah menandaskan langkah men-delete WA itu hanya bisa dilakukan pada gadget-nya tapi data masih bisa di-recovery dari memory gadget. “Selain itu saat data dikirim dari si A ke B lewat infrastruktur. Kalau ada komunikasi kan tinggal dibuktikan dari operator seluler. Kalau tidak ada komunikasi berarti rekayasa. Lalu foto mesti diperiksa keasliannya, Kemudian dari audio bisa kelihatan si wanita bicara sendiri atau ada sahutan dari lawan bicara yang dipotong.”

Abah menambahkan kalau memang ada lawan bicara bisa juga data bocor dari sini. Menurutnya dari ihwal chat, keaslian foto, dimana foto dibuat, keaslian suara di rekaman, hingga ihwal trafik data yang bisa melacak IP address dari pihak-pihak yang berkomunikasi, polisi bisa melakukan pengembangan lebih lanjut untuk mendapatkan bukti. “Sekarang tergantung apa tujuan polisi mengungkap kasus ini,” ujarnya.