Yang Terjadi pada Otak Anda Saat Microsleep

microsleep

RAB.com (JAKARTA): Kita semua pernah mengalaminya: kelelahan sangat setelah begadang semalaman. Meskipun sudah sepenuh upaya tetap sadar dengan berbagai cara, kelopak mata tanpa bisa ditahan menutup dan kembali menutup hingga tiba-tiba anda terlelap beberapa detik— biasanya sadar tergagap saat semua sudah terlambat.

Fenomena ini dikenal sebagai “microsleep” atau lelap sejenak, satu saat ketika tanpa bisa ditahan ketidaksadaran muncul mendadak yang berlangsung selama sepersekian hingga kisaran 10 detik yang diakhiri dengan kepala terasa tersentak.

Mengapa otak kita mengalami durasi microsleep ini? Biasanya hal ini disebabkan keletihan ekstrem. Tidur merupakan satu kebutuhan biologis dasar, dan saat kita memaksa diri untuk terjaga terlalu lama, otak akhirnya akan “hang” — bahkan bila itu terjadi selama sepersekian detik. Selama lelap sejenak, otak anda pada dasarnya memaksa beristirahat.

Sebabnya pengurangan waktu tidur hingga tingkatan tertentu mencegah area dan jaringan tertentu di otak untuk berfungsi. Itulah tinjauan dari sisi sains tentang microsleep — dan kenapa ini bisa menjadi sangat berbahaya. Yang jelas saat lelap sejenak otak anda kalah dalam pertarungan untuk tetap terjaga dan sadar atau tertidur.

Satu penelitian tentang microsleep yang diterbitkan dalam jurnal Neuroimage menyebutkan bahwa dalam pertarungan untuk tetap terjaga, kadang otak anda kalah. Penelitian itu memaksa satu kelompok sukarelawan terjaga selama 22 jam. Mereka lalu ditempatkan di satu mesin fMRI yang gelap dan diminta tak jatuh tertidur. Pemindai otak mendeteksi saat mereka lelap secara berkala, dan melihat apa yang terjadi pada otak para sukarelawan.

Hasilnya selama microsleep, terjadi penurunan aktivitas di thalamus, satu bagian otak yang terlibat dalam pengaturan tidur. Yang menarik, di saat sama juga terjadi peningkatan aktivitas pada area otak yang bertanggung jawab untuk pemrosesan sensorik dan terkait perhatian — sejumlah fungsi yang tentu saja penting untuk adanya kesadaran penuh (wakefulness).

Temuan ini menguatkan bukti bahwa bagian otak tersebut dalam mode “terjaga” atau aktif saat area yang lain sejenak tidak aktif guna memaksa tertidur. Anda bahkan mungkin tak sadar saat hal ini terjadi.

Kebanyakan tahu tapi memaksa

Saat kurang tidur mempengaruhi keseluruhan otak, sangat mungkin sejumlah bagian otak tertentu terpengaruh secara lebih intensif. Selama microsleep, sejumlah bagian otak tertentu bisa “terlelap” sementara area lain tetap aktif. Satu penelitian di University of Wisconsin pada 2011 menemukan bahwa beberapa sel saraf dalam otak yang sadar meski kurang tidur bisa sejenak “offline,” memasuki kondisi mirip-tidur, saat bagian otak tersisa tetap terjaga.

“Kita tahu bahwa kita membuat banyak kesalahan, perhatian mengembara, dan tingkat kesiagaan (vigilance) menurun saat kita mengantuk,” kata Dr. Chiara Cirelli, profesor psikiatri di universitas dan salah satu penulis laporan penelitian, dalam pernyataan saat itu. “Kita telah melihat lewat hasil EEG bahwa bahkan saat terbangun sepenuhnya, kita dapat mengalami periode pendek ‘microsleep,’” ujarnya dikutip situs huffingtonpost.com.

Fakta ini menjadi faktor lazim yang menakutkan dalam kecelakaan akibat tidur saat mengemudi. Kemungkinan aspek paling menyulitkan tentang microsleep adalah bahwa hal ini sering terjadi saat di menyetir dan bisa mengakibatkan kecelakaan. Kenyataannya microsleep telah dinyatakan menjadi penyebab umum orang tidur saat mengemudi.

Menurut lembaga keselamatan berkendara Brake di Inggris, 45 persen pria dan 22 persen perempuan yang disurvei mengakui mengalami microsleep saat mengemudi mobil. Pekerja shift malam berisiko tinggi mengalami kecelakaan karena microsleep. Satu penelitian menemukan bahwa pekerja shift malam jauh lebih besar berpeluang celaka sepulang kerja dibandingkan setelah mereka beristirahat penuh dan sebagian besar terkait dengan microsleep.

Penelitian pada 2012 menemukan bahwa kebanyakan dari kecelakaan yang terjadi sebenarnya bisa dicegah bila pengemudi menghentikan mobilnya begitu merasakan tanda-tanda awal kengantukan. Hasil temuan menunjukkan bahwa kebanyakan orang terus memaksa menjalankan mobilnya dalam keadaan mengantuk bahkan setelah  mereka mengalami dan sadar sudah beberapa kali terlelap sejenak saat melaju di jalan.

“Banyak orang kemungkinan tahu mereka terlalu mengantuk untuk mengemudi dengan aman tapi mereka memaksa diri untuk tetap sadar dan terbuka matanya,” Dr. Chris Watling, penulis laporan penelitian dan periset di Queensland University of Technology, Australia, mengatakan dalam pernyataan pada 2012. “Padahal karena itulah kita bisa mengalami kecelakaan saat mengemudi.”